Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengatasi Burnout pada Tenaga Kesehatan dengan Resiliensi

Kompas.com - 23/06/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Resiliensi mengacu pada kemampuan individu untuk berkembang meskipun menghadapi kesulitan (Campbell-Sills & Stein, 2007).

Individu dengan resiliensi yang baik, dianggap memiliki karakteristik yang meliputi tahan banting (hardiness), memiliki kontrol diri, kecerdasan emosional, optimis, ketekunan, dan kemampuan untuk menghadapi masalah (Stanley, Buvaneswari, & Arumugam, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Lee et al. (2019), membuktikan bahwa resiliensi dapat menjadi faktor pelindung untuk mengatur dan mencegah burnout.

Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Stanley, Buvaneswari, dan Arumugam (2018) juga menunjukkan bahwa resiliensi dapat menjadi efek penyangga dari stres terhadap burnout.

Artinya, resiliensi menjadi faktor kunci yang memungkinkan individu menghadapi stres terkait pekerjaan dan dapat meminimalkan kemungkinan mengalami burnout (Stanley, Buvaneswari, & Arumugam, 2018).

Resiliensi bukanlah sesuatu yang dimiliki individu sejak lahir, melainkan harus dibangun melalui kebiasaan, kemudian diperkuat dan dipelihara.

Adapun beberapa cara berbasis ilmiah untuk mengembangkan atau memperkuat resiliensi di masa-masa sulit, seperti pandemi COVID-19 ini (Bridges, 2020):

1. Foster Wellness (Menjaga Kesehatan) -American Psychological Association (APA)

Menjaga kesehatan secara fisik dengan memperhatikan nutrisi yang tepat, tidur yang cukup, terhidrasi, dan berolahraga secara teratur, dapat membantu mengurangi kecemasan dan depresi, serta memperkuat tubuh untuk beradaptasi dengan stres.

2. Nurture A Positive View of Yourself (Kembangan Pandangan Positif Tentang Diri Anda) -American Psychological Association (APA)

Membangun self-esteem (harga diri) dan self-confidence (kepercayaan diri) pada kemampuan diri Anda dalam memecahkan masalah dapat membantu meningkatkan resiliensi.

3. Practice Self-Compassion -Psychology Today

Meluangkan waktu untuk melepaskan kekecewaan Anda atau beristirahat dari rutinitas Anda, seperti berjalan-jalan di alam dapat membantu untuk memproses pikiran Anda dan melepaskan emosi yang terpendam.

Setelah tenang, teliti beberapa pilihan, dan buka pikiran Anda terhadap semua kemungkinan. Bawa kebaikan untuk diri sendiri dalam menjaga kepercayaan diri Anda tetap utuh selama menghadapi masa-masa sulit yang membantu Anda meningkatkan resiliensi.

4. Make It A Habbit (Jadikan Ini Kebiasaan) -Harvard Health

Harvard T.H. Chan School of Public Health merekomendasikan untuk mengembangkan pemikiran positif, lebih banyak tertawa, dan bersikap optimis untuk membantu membangun resiliensi.

Semakin banyak kebiasaan yang meningkatkan kesehatan fisik dan mental Anda, dapat membantu membangun kepercayaan diri Anda, dan akan membantu Anda melewati saat-saat paling sulit dari rasa sakit dan kesedihan.

*Rintan Fauziyyah Alya, S.Psi, Mahasiswa Program Studi Magister Psikologi, Universitas Tarumanagara
*Dr. Zamralita, M.M., Psikolog dan Dr. Ir. Rita Markus Idulfilastri, M.Psi.T, Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com