HIPERTENSI adalah kondisi di mana tekanan hidrostatik pembuluh arteri meningkat oleh berbagai sebab. Ada dua jenis hipertensi. Pertama hipertensi esensial yaitu hipertensi yang tidak berhubungan dengan keluhan organ lain. Kedua hipertensi non-esensial, yaitu kondisi yang berhubungan dengan kelainan organ.
Hipertensi esensial dibagi lagi menjadi dua, yaitu hipertensi peka garam dan tidak peka garam. Hipertensi peka garam, yaitu hipertensi yang akan meningkat setelah pemberian garam. Sedangkan hipertensi tidak peka garam tidak akan meningkat setelah pemberian garam.
Baca juga: 15 Makanan Penurun Darah Tinggi untuk Atasi Hipertensi
Meskipun peka garam tetap tidak boleh diet rendah garam. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Salah satu yang memengaruhi tinggi rendah tekanan darah adalah sifat distensibilitas (kelenturan) pembuluh darah, khususnya arteri atau nadi. Distensibilitas dipengaruhi oleh berbagai sistem hormon. Hormon tersebut memengaruhi pelebaran dan penyempitan arteri.
Ada dua sistem hormon utama yang memengaruhi distensibilitas vaskuler. Pertama sistem vasopresin atau antidiuretik hormon. Hormon ini dilepaskan oleh kelenjar hipofise dan jantung. Hormon ini terutama berpengaruh pada penyempitan arteri dan arteri kecil (arteriol).
Pelepasan hormon vasopresin dipengaruhi oleh tekanan osmotik darah dan tekanan hidrostatik intravaskuler. Vasopresin berefek vasokontriksi (menyempitkan pembuluh darah). Vasokontriksi oleh vasopresin mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Tekanan osmotik intravaskuler dipengaruhi oleh zat yang terlarut di dalamnya. Misalnya kadar protein, natrium, dan glukosa. Awalnya hal ini hanya akan merangsang pelepasan vasopresin sesaat. Tekanan osmotik yang meningkat akan mengakibatkan perpindahan cairan dari jaringan ke dalam pembuluh darah. Akibatnya akan meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskuler.
Tekanan hidrostatik intra vaskuler yang meningkat akan mengakibat laju aliran darah ke ginjal meningkat. Aliran darah yang meningkat ke ginjal juga akan meningkatkan diuresis dan zat- zat yang terlarut di dalamnya.
Ketika konsentrasi zat terlarut telah sedemikian menurun, ginjal mulai mengaktifkan sistem kedua, yaitu renin angiotensin. Aktivasi sistem renin angiotensin akibat adanya osmo reseptor di ginjal. Sistem renin angiotensin ini pada akhirnya akan melepaskan aldosteron, sebuah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Efek dari aldosteron akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah kapiler, khususnya kapiler yang ada di glomerulus ginjal.
Akibatnya akan terjadi reabsorpsi (proses menyerap lagi) natrium, hingga konsentrasinya normal kembali. Selanjutnya disusul oleh reabsorpsi air. Selain mereabsorpsi natrium dan air, efek aldosteron juga akan meningkatkan tekanan darah, sehingga jika terjadi penambahan natrium pada saat efek aldosteron, maka akan meningkatkan tekanan osmotik darah.
Peningkatan tekanan osmotik diikuti oleh peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler. Peningkatan ini terjadi akibat perpindahan cairan dari jaringan ke dalam pembuluh darah. Namun peningkatan ini tidak akan lama karena dikompensasi dengan peningkatan aliran darah ke ginjal. Kembali terjadi diuresis.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.