Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Infeksi Bukan Salah Kuman atau Lingkungan tetapi Soal Imunitas Tubuh

Kompas.com - 24/08/2022, 12:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada saat terjadi rangsang lingkungan mengakibatkan pelepasan protein atau peptida. Selanjutnya terjadi serangkaian reaksi sebagai responnya. Respon ini dapat menguntungkan atau merugikan integritas tubuh.

Jika reaksi ini tepat sasaran dan intesitasnya, maka dapat menjaga integritas tubuh. Jika reaksi ini tidak tepat, intensitasnya berlebihan atau kekurangan malah merusak integritas tubuh. Itu sebabnya servo mekanis atau sistem imunitas ini harus selalu dievaluasi dan disegarkan kembali.

Apakah servo atau sistem ini masih adaptif atau tidak. Jika tidak, perlu dirombak ulang. Jika masih adaptif, dipertahankan. Inilah fungsi autofagi.

Sayangnya, untuk merombak servo mekanis sel ini tidak mudah. Mengapa karena berkaitan dengan gen.

Baca juga: 5 Jenis Makanan Peningkat Imunitas Tubuh

Gen yang berada diluar kromosom. Gen-gen itu yang mengatur respons sel. Gen ini juga memiliki sifat dasar survival. Sifat untuk mempertahankan eksistensinya.

Untuk mempertahankan eksistensinya beberapa gen bersatu. Dengan cara ini dapat menghindari pelepasan keluar sel.

Cara lain adalah  memanfaatkan zat-zat toksik. Beberapa gen mampu berikatan dengan zat toksik seperti merkuri. Perubahan-perubahan ini akan memengaruhi sintesa protein di ribosom. Meski jenis sel tidak berubah namun karakternya mungkin berubah. Jadi bersifat agresif terhadap sel lain. Inilah yang disebut sel kanker.

Sel dikuasai gen yang mempertahankan eksistensinya. Gen yang telah lama juga berespons kurang sesuai. Kadang sebuah rangsang kecil direspons berlebihan. Dikenal sebagai reaksi alergi. Tentu saja hal itu dimungkinkan karena ketersediaan energi di dalam sel. Bukan karena imunitasnya lemah.

Autofagi bekerja dengan cara mencerna organel sel. Organel sel yang dicerna pertama kali adalah gen ekstra kromosom. Mengapa? Karena hanya itu sumber gula yang tersedia.

Ingat DNA dan RNA mengandung gugus gula ribosa dan deoksiribosa. Dengan ketiadaan gen ekstra kromosom maka gen kromosom berada dalam kondisi survival, memicu upaya replikasi diri.

Hal ini yang sering diartikan para praktisi intermitten fasting sebagai aktivasi stem sel.

Akibat sel baru hasil replikasi masih memiliki kemampuan diferensiasi, tergantung dari stimulus yang diterimanya.

Munculnya sel-sel baru yang lebih segar. Itulah target akhir mekanisme akhir autofagi yang paling diharapkan. Hal ini dapat diartikan sebagai obat awet muda! Kondisi yang lebih adaptif dengan kondisi aktual.

Jadi jangan berpikir untuk memperkuat sistem imun atau servo mekanis tubuh. Yang lebih tepat adalah selalu memperbaharui sistem imun atau servo mekanis sesuai dengan kondisi aktual.

Pengobatan dini secara autofagi

Pada kondisi autofagi, agen infeksi seperti virus dan bakteri bukanlah ancaman. Karena agen infeksi adalah sumber gen yang kaya gula. Juga menjadi target pencernaan oleh lisosom.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau