Penerapan pengobatan dini secara autofagi sangat efektif pada penyakit infeksi. Jika terjadi infeksi sangat mudah sekali ditanggulangi. Tidak akan menyebabkan reinfeksi pada orang lain.
Pengobatan dini autofagi, tidak hanya bersifat kuratif, tapi juga preventif eradikatif. Mengapa? Karena agen infeksi akan dicerna, tidak diberi kesempatan untuk bereplikasi.
Baca juga: Autofagi, Teori Kedokteran yang Jarang Dikenal Para Dokter
Pengobatan dini autofagi juga sangat murah, mudah dan rasional. Tidak menggunakan obat sama sekali. Hanya mengubah perilaku. Stop karbohidrat sementara waktu. Batasi waktu makan hingga jam 6 sore, agar tubuh beristirahat dalam kondisi hipoglikemia.
Kondisi ini yang memicu mekanisme autofagi. Tanpa obat apapun. Hanya dibutuhkan tenaga promotor kesehatan. Ini sudah ada di puskesmas. Fungsinya, agar informasi ini sampai kepada masyarakat terbawah. Jauh lebih murah daripada metode penanggulangan infeksi yang ada saat ini.
Metode ini juga lebih memberdayakan bidan desa. Para bidan desa yang selama ini paling dekat berhubungan langsung dengan masyarakat. Bidan desa menjadi pengarah sekaligus pengawas benar tidaknya pelaksanaan metode ini.
Metode ini juga dapat mengatasi persoalan resistensi kuman. Resistensi kuman terjadi akibat peresepan antibiotik yang tidak rasional.
Setiap tahun kasus resistensi kuman semakin membengkakan biaya kesehatan. Kuman yang sebelumnya teratasi dengan satu jenis antibiotik menjadi kebal dan butuh multi-antibiotik.
Yang terpenting dapat merubah kebiasaan. Tidak terburu-buru minum obat saat sakit. Juga tidak pula membiarkan keluhan sakit tanpa penanganan.
Membiasakan pendekatan metode pengobatan dini memberikan banyak efek. Selain dampak kesehatan yang lebih baik, juga meningkatkan kualitas ekonomi. Hal ini terjadi akibat menurunnya pengeluaran untuk biaya kesehatan.
Jadi mengapa tidak untuk pengobatan dini autofagi. Selain mudah, murah dan rasional, juga memberikan keuntungan secara ekonomi. Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.