KOMPAS.com - Banyak orang berpikir bahwa susu rendah lemak lebih baik daripada susu full cream yang kadar lemaknya tinggi.
Faktanya, penelitian yang dipublikasikan laman Helathline justru menemukan bahwa susu tanpa lemak tak selamanya lebih baik daripada susu tinggi lemak.
Seperti yang kita tahu, susu adalah salah satu minuman bernutrisi yang penting untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Ada beberapa jenis susu yang tersedia di pasaran, yakni:
Susu dengan kandungan lemak tinggi tentunya memiliki kadar kalori yang lebih tinggi.
Meskipun setiap jenis susu mengandung mikronutrien dalam jumlah yang sama, jumlah vitamin D bisa sedikit berbeda.
Namun, sebagian besar produsen susu menambahkan vitamin D ke dalam susu sehingga beberapa merek susu mengadung vitamin D lebih banyak.
Perbedaan nutrisi signifikan lainnya antara varietas susu adalah jumlah asam lemak omega-3, sejenis lemak yang dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan, termasuk peningkatan kesehatan jantung dan otak, serta menurunkan peradangan.
Semakin banyak lemak yang dimiliki secangkir susu, semakin tinggi kandungan omega 3 di dalamnya.
Baca juga: Kenali Apa Itu HIV, Penyebab, dan Tanda-tandanya
Banyak orang berpikir bahwa susu full cream tidak menyehatkan karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi.
Selain itu, lemak jenuh juga bisa meningkatkan kadar kolesterol, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Sayangnya, belum ada bukti eksperimental bahwa lemak jenuh dalam susu bisa menjadi faktor risiko penyakit jantung.
Meskipun lemak jenuh meningkatkan kadar kolesterol LDL (jahat), lemak juga meningkatkan kadar kolesterol HDL (baik), yang sebenarnya dapat membantu melindungi dari penyakit jantung.
Salah satu alasan utama yang membuat orang menghindari susu full cream adalah kandungan lemak tinggi yang dapat meningkatkan berat badan.
Namun, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mengonsumsi produk susu berlemak tinggi sebenarnya dapat membantu mendukung manajemen berat badan.
Menurut sebuah studi tahun 2016 terhadap 18.438 wanita, peningkatan asupan produk susu penuh lemak dikaitkan dengan penurunan risiko kenaikan berat badan selama periode 11 tahun.
Di sisi lain, tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan susu rendah lemak dan penambahan berat badan.
Baca juga: ASI Sulit Keluar, Apakah Susu Formula Jadi Solusi?
Studi lain dari tahun 2017 menemukan bahwa asupan lemak susu tidak terkait dengan risiko kenaikan berat badan, penyakit jantung, atau diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.
Satu tinjauan tahun 2020 terhadap 29 penelitian menyimpulkan bahwa konsumsi susu penuh lemak tidak terkait dengan penambahan berat badan atau penambahan lemak pada anak-anak.
Sebaiknya, susu full cream bisa menjadi tambahan yang bagus untuk diet padat nutrisi karena dapat membantu mempertahankan berat badan ideal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.