Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/12/2022, 16:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Sumber CDC, HIV.gov

KOMPAS.com - Acquired Immuno-Deficiency Syndrome atau biasa disingkat AIDS adalah infeksi HIV (human immuno-deficiency virus) yang sudah memasuki stadium akhir atau mengalami infeksi parah.

Dilansir dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), pada tahap akhir penyakit HIV ini, perkembangan virus atau jumlah HIV dalam darah (viral load) penderita cukup tinggi.

Baca juga: 4 Macam Infeksi Oportunistik Akibat Tertular HIV/AIDS

Perkembangan penyakit dan virus yang demikian pesat merusak sistem kekebalan tubuh penderita AIDS.

Kondisi ini menyebabkan penderita mengalami beragam gejala AIDS berupa infeksi oportunistik dan penyakit lainnya.

Baca juga: Susah Payah Transpuan Terhimpit di Pusaran HIV/AIDS dan Covid-19

Gejala AIDS

Dilansir dari HIV.gov, ada beberapa gejala AIDS yang perlu diwaspadai, antara lain:

  • Berat badan turun drastis
  • Sering demam karena beragam infeksi di dalam tubuh
  • Banyak berkeringat, terutama di malam hari
  • Badan gampang lemas dan lelah padahal tidak banyak beraktivitas
  • Kelenjar getah bening di ketiak, selangkangan, dan leher membengkak
  • Diare terus-menerus, lebih dari seminggu
  • Muncul luka di mulut, anus, atau alat kelamin karena infeksi virus herpes
  • Radang paru-paru, terutama karena infeksi jamur
  • Muncul bercak kemerahan, kecoklatan, atau keunguan di bagian dalam mulut, di sekitar hidung, dan kelopak mata
  • Gangguan saraf sampai hilang ingatan atau depresi

Penderita AIDS perlu menjalani pengobatan intensif secara rutin. Apabila tidak disiplin minum obat HIV, harapan hidup penderita bisa lebih kecil atau kurang dari tiga tahun.

Apabila penderita AIDS sudah mengalami infeksi oportunistik (infeksi yang muncul ketika sistem daya tahan tubuh melemah) yang berat atau parah, harapan hidup penderita yang tidak rutin menjalani terapi obat HIV bisa menurun kurang dari setahun.

Untuk itu, penting bagi penderita yang mengalami gejala AIDS untuk tetap rutin melanjutkan pengobatannya agar penyakit tetap terkendali.

Baca juga: Pengidap HIV/AIDS Merasa Bugar, Dokter: Jangan Putus Obat

Cara mendeteksi AIDS

Dalam menegakkan diagnosis AIDS, dokter tidak bisa hanya berpegangan pada laporan gejala AIDS dari penderita.

Dokter biasanya menentukan diagnosis HIV berkembang menjadi AIDS dengan melakukan pemeriksaan fisik dan melihat hasil tes darah.

Penderita dikatakan mengidap AIDS apabila hasil pemeriksaan tes darah menunjukkan jumlah CD4 di dalam darah kurang dari 200 sel/mm3.

Untuk diketahui, sistem kekebalan dianggap sehat apabila jumlah CD4 berkisar antara 500 sampai 1.600 sel/mm3.

Selain melihat jumlah CD4, dokter juga melihat ada tidaknya infeksi oportunistik pada penderita HIV.

Apabila sudah muncul satu jenis atau lebih infeksi oportunistik, terlepas dari jumlah CD4-nya, penyakit HIV penderita dianggap sudah memasuki fase AIDS.

Ingat, sebelum penderita merasakan gejala AIDS, ada baiknya penderita HIV untuk rutin menjalani pengobatan dan menjalankan gaya hidup sehat. Dengan begitu, penyakit yang menyerang kekebalan tubuh ini tidak berkembang menjadi AIDS.

Baca juga: 15 Gejala Awal HIV yang Perlu Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Musim Pancaroba Bikin Mudah Sakit? Ini Tips dari Dokter agar Tetap Fit
Musim Pancaroba Bikin Mudah Sakit? Ini Tips dari Dokter agar Tetap Fit
Health
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Health
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Health
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Health
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Health
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Health
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Health
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Health
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Health
Riset FMIPA UI  Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Riset FMIPA UI Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Health
7 Cara Mengatasi Ngantuk Terus-menerus, Termasuk Makan Sehat
7 Cara Mengatasi Ngantuk Terus-menerus, Termasuk Makan Sehat
Health
Pelawak Sri Sumiarsih Meninggal Akibat Sakit Ginjal, Ini Penyebabnya
Pelawak Sri Sumiarsih Meninggal Akibat Sakit Ginjal, Ini Penyebabnya
Health
Penyakit Genetik Langka yang Bikin Perut Selalu Lapar
Penyakit Genetik Langka yang Bikin Perut Selalu Lapar
Health
Neurofibromatosis Tipe 1 Bisa Dicegah Turun ke Anak, Ini Kata Dokter
Neurofibromatosis Tipe 1 Bisa Dicegah Turun ke Anak, Ini Kata Dokter
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau