KOMPAS.com - Terapi obat anti-retroviral untuk mengontrol perkembangan human immunodeficiency virus (HIV) perlu disiplin dilakukan seumur hidup agar penyakit tetap terkontrol dan kualitas kesehatan pengidap meningkat.
Dokter spesialis penyakit dalam divisi tropik dan infeksi RSUD Dr. Moewardi, dr. R. Satriyo Budhi Susilo, Sp.PD., M.Kes., FINASIM menjelasakan, selama ini ada beberapa pengidap infeksi HIV dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) yang merasa badannya bugar lalu berhenti minum obat anti-retro viral (ARV).
“Infeksi HIV/AIDS ini perlu terapi seumur hidup. Jadi ketika sudah positif, apa pun kondisinya, pengidap perlu minum obat ARV terus walaupun badan sudah enakan,” jelas dia, ketika berbincang dengan Kompas.com, Selasa (9/11/2021).
Baca juga: 7 Cara Penularan HIV dan Pencegahannya
Satriyo menyampaikan, kemajuan terapi obat ARV untuk pengobatan HIV/AIDS menggeser paradigma penyakit ini tak lagi menakutkan, seperti di awal kemunculannya pada dekade 1980-an.
“Dulu orang kena HIV/AIDS pasti fatal. Sekarang, dengan obat ARV rutin virus mereka bisa hidup laiknya orang normal. Penyakit ini jadi seperti penyakit kronis lain yang perlu terapi obat seumur hidup seperti penderita diabetes yang perlu suntik insulin,” kata dia.
Menurut Satriyo, penderita yang rutin minum obat ARV sesuai anjuran dokter selama beberapa bulan sejak awal diketahui positif HIV, perkembangan HIV di dalam tubuhnya dapat ditekan, penyakit tidak berkembang menjadi AIDS, komplikasi penyakit lain bisa dicegah, dan meminimalkan risiko penularan.
“Apabila HIV sudah tersupresi (jumlah virus menurun dan pengobatan berhasil), imun pengidap ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bisa seperti orang biasa,” ujar dia.
Baca juga: 4 Perbedaan HIV dan AIDS yang Perlu Diketahui
Perlu diingat kembali, tujuan utama terapi obat ARV bukan untuk menyembuhkan HIV/AIDS, tapi untuk menjaga kesehatan penderita dan mencegah penyakit memburuk. Sehingga, tidak ada istilah HIV/AIDS sembuh.
Sementara itu, terdapat beberapa risiko ketika pengidap HIV/AIDS berhenti minum obat ARV, minum obat tidak teratur, atau minum obat tidak sesuai anjuran dokter.
Antara lain HIV di dalam tubuh berkembang semakin banyak, imunitas tubuh melemah, resisten obat sehingga penyakit jadi lebih susah dikontrol, dan risiko penularan meningkat.
Selain itu, ketika sistem daya tahan tubuh semakin melemah, penderita HIV/AIDS yang putus obat rentan terkena penyakit lain seperti tuberkulosis, meningitis, kanker limfoma, atau sarkoma kaposi.
Kondisi tubuh yang sudah berat melawan HIV, apabila ditambah beban penyakit lain bakal semakin lemah, sehingga tak jarang berisiko fatal atau meninggal dunia.
Baca juga: Gejala HIV pada Pria dan Wanita
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.