Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RILIS BIZ

Regimun Masuk Tahap Uji Klinis, Peralmuni: Penelitian untuk Penderita Autoimun

Kompas.com - 27/01/2023, 14:48 WIB
Sri Noviyanti

Editor

Daftar Isi
Buka

KOMPAS.com – Data dari Marisza Cardoba Foundation (MCF) pada 2019 di Gatracom menyebut, setidaknya ada 5.000 orang di Indonesia yang merupakan penyintas autoimun.

Autoimun yang diidap oleh hampir 0,5 persen dari total populasi masyarakat Indonesia adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang disebut dengan penyakit “seribu wajah”.

Penyakit autoimun adalah suatu kondisi saat sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh.

Akan tetapi, SLE merupakan autoimun kronis yang masih belum jelas penyebabnya, memiliki sebaran gambaran klinis yang luas, dan tampilan penyakit yang beragam.

Hal tersebut sering menyebabkan kekeliruan dalam mengenali penyakit autoimun. Hal lebih krusial, bahkan dapat menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan kasus.

Hingga kini, para ahli di bidang imunologi menyebut bahwa penyakit tersebut belum dapat disembuhkan. Meski demikian, penderitanya tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari layaknya orang normal selama penyakit masih dikontrol dengan baik.

Penanganan yang tepat untuk penderita autoimun adalah dengan minum obat secara teratur, menjaga pola hidup yang sehat dengan rutin berolahraga.

Merespons hal itu, PT Biotek Farmasi Indonesia ikut berkontribusi lewat produknya, yakni Regimun. Produk ini merupakan imunomodulator yang berfungsi untuk meregulasi keseimbangan sistem imun. Obat ini membantu para penyintas autoimun selama proses pengobatan.

“Regimun membantu untuk meregulasi dua faktor penting, yaitu NFkB dan TNF-a, untuk membantu mengatasi gejala yang timbul dan mengatasi peradangan akibat autoimun,” ujar Pelopor Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) Prof Dr dr Karnen Baratawidjaja dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/1/2023).

Masuk tahap uji klinis

Saat ini, Regimun memasuki tahap uji klinis. Uji klinis dimulai sejak Rabu (25/1/2023).

Adapun penelitian terhadap produk Regimun dilakukan di rumah sakit (RS) Mayapada Lebak Bulus.

“Uji klinis perlu dilakukan untuk mengetahui manfaat dari produk yang akan diuji, dalam hal ini adalah Regimun. Saat ini, produk buatan anak bangsa ini sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” ujar ketua tim peneliti uji klinis Regimun Prof Dr dr Iris Rengganis, SpPD-KAI.

Iris memaparkan bahwa penelitian terhadap produk Regimun dilakukan khusus untuk penderita lupus dan akan dilakukan selama tiga bulan ke depan. Ia pun terkesan dengan inovasi anak bangsa yang mampu memproduksinya.

"Lewat pengujian, (kami mendapati) produk ini merupakan gebrakan baru yang luar biasa.” terang Iris

Chairman Biotek Farmasi Indonesia Toni Lay menjelaskan alasan pihaknya memilih Iris sebagai tim peneliti.

“Prof Iris Rengganis adalah sosok yang reputable, dan saat ini menjabat sebagai Ketua Peralmuni,” ujarnya.

Novita Lestari (44) seorang triathlete penderita rheumatoid arthritis atau autoimun yang menyerang sendi. Ia kini mengonsumsi Regimun.Dok Biotek Farmasi Indonesia Novita Lestari (44) seorang triathlete penderita rheumatoid arthritis atau autoimun yang menyerang sendi. Ia kini mengonsumsi Regimun.

Tak hanya itu, Iris juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

“Kredibilitasnya diakui oleh dunia dan hasil dari uji klinis ini akan lebih diakui apabila ada dua badan yang credible ikut terlibat,” papar Toni.

Mengenai Regimun, Toni menyebut bahwa obat tersebut memiliki cara kerja berbeda dari obat lain, serta aman dikonsumsi untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini berbeda dengan obat first line pada umumnya yang memiliki efek samping relatif tidak rendah.

“Regimun memiiki efikasi dan keamanan yang baik. Semoga (Regimun) bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dan juga dunia,” tambahnya.

Ia pun berharap, semua tim dan pihak yang terlibat dalam uji klinis dapat berkolaborasi dengan baik sehingga penderita autoimun dapat merasakan sendiri efektivitas obat tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Health
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Health
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
Health
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Health
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
Health
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau