KOMPAS.com – Data dari Marisza Cardoba Foundation (MCF) pada 2019 di Gatracom menyebut, setidaknya ada 5.000 orang di Indonesia yang merupakan penyintas autoimun.
Autoimun yang diidap oleh hampir 0,5 persen dari total populasi masyarakat Indonesia adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang disebut dengan penyakit “seribu wajah”.
Penyakit autoimun adalah suatu kondisi saat sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh.
Akan tetapi, SLE merupakan autoimun kronis yang masih belum jelas penyebabnya, memiliki sebaran gambaran klinis yang luas, dan tampilan penyakit yang beragam.
Hal tersebut sering menyebabkan kekeliruan dalam mengenali penyakit autoimun. Hal lebih krusial, bahkan dapat menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan kasus.
Hingga kini, para ahli di bidang imunologi menyebut bahwa penyakit tersebut belum dapat disembuhkan. Meski demikian, penderitanya tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari layaknya orang normal selama penyakit masih dikontrol dengan baik.
Penanganan yang tepat untuk penderita autoimun adalah dengan minum obat secara teratur, menjaga pola hidup yang sehat dengan rutin berolahraga.
Merespons hal itu, PT Biotek Farmasi Indonesia ikut berkontribusi lewat produknya, yakni Regimun. Produk ini merupakan imunomodulator yang berfungsi untuk meregulasi keseimbangan sistem imun. Obat ini membantu para penyintas autoimun selama proses pengobatan.
“Regimun membantu untuk meregulasi dua faktor penting, yaitu NFkB dan TNF-a, untuk membantu mengatasi gejala yang timbul dan mengatasi peradangan akibat autoimun,” ujar Pelopor Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) Prof Dr dr Karnen Baratawidjaja dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/1/2023).
Saat ini, Regimun memasuki tahap uji klinis. Uji klinis dimulai sejak Rabu (25/1/2023).
Adapun penelitian terhadap produk Regimun dilakukan di rumah sakit (RS) Mayapada Lebak Bulus.
“Uji klinis perlu dilakukan untuk mengetahui manfaat dari produk yang akan diuji, dalam hal ini adalah Regimun. Saat ini, produk buatan anak bangsa ini sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” ujar ketua tim peneliti uji klinis Regimun Prof Dr dr Iris Rengganis, SpPD-KAI.
Iris memaparkan bahwa penelitian terhadap produk Regimun dilakukan khusus untuk penderita lupus dan akan dilakukan selama tiga bulan ke depan. Ia pun terkesan dengan inovasi anak bangsa yang mampu memproduksinya.
"Lewat pengujian, (kami mendapati) produk ini merupakan gebrakan baru yang luar biasa.” terang Iris
Chairman Biotek Farmasi Indonesia Toni Lay menjelaskan alasan pihaknya memilih Iris sebagai tim peneliti.
“Prof Iris Rengganis adalah sosok yang reputable, dan saat ini menjabat sebagai Ketua Peralmuni,” ujarnya.
Tak hanya itu, Iris juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
“Kredibilitasnya diakui oleh dunia dan hasil dari uji klinis ini akan lebih diakui apabila ada dua badan yang credible ikut terlibat,” papar Toni.
Mengenai Regimun, Toni menyebut bahwa obat tersebut memiliki cara kerja berbeda dari obat lain, serta aman dikonsumsi untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini berbeda dengan obat first line pada umumnya yang memiliki efek samping relatif tidak rendah.
“Regimun memiiki efikasi dan keamanan yang baik. Semoga (Regimun) bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dan juga dunia,” tambahnya.
Ia pun berharap, semua tim dan pihak yang terlibat dalam uji klinis dapat berkolaborasi dengan baik sehingga penderita autoimun dapat merasakan sendiri efektivitas obat tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.