KOMPAS.com - Banyak orang mengira penyebab obesitas pada remaja karena kebiasaan makan berlebihan.
Namun, pakar gizi dari Universitas Indonesia Dr. dr. Dian Kusuma Dewi M.Gizi, Sp.KKLP menyebutkan, kebiasaan banyak makan bukanlah faktor penyebab utama masalah gizi ini.
Dokter yang juga anggota Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) ini menjabarkan, ternyata ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko penumpukan lemak abnormal dan berat badan di atas ideal gejala obesitas.
Baca juga: 7 Olahraga yang Sesuai untuk Penderita Obesitas
Dian menjelaskan, obesitas adalah ketidakseimbangan asupan energi atau kalori yang masuk dengan kalori yang digunakan. Akibat ketidakseimbangan ini, lemak menumpuk dan berujung obesitas.
“Seseorang tidak langsung mengalami obesitas. Prosesnya diawali dengan kelebihan berat badan. Apabila tidak tertangani dengan baik, dapat naik menjadi kategori obesitas,” jelas Dian, melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/2/2023).
Menurut pengurus Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) ini, obesitas dapat dialami setiap orang, termasuk anak-anak dan remaja.
Baca juga: Kenali IMT (Indeks Massa Tubuh) Ciri-ciri Obesitas
Selain pola makan berlebihan, ia menyebutkan, ada beberapa faktor yang bisa jadi penyebab obesitas pada remaja yang kerap tidak disadari, antara lain:
Baca juga: Kenali Apa itu Obesitas Sentral, Perut Buncit yang Perlu Diwaspadai
“Makan banyak tidak selalu menjadi penyebab obesitas. Justru pada beberapa kasus, asupan makanan yang masuk dalam tubuh kurang dari kebutuhannya, namun jenis makanan dan jadwal makannya salah,” jelas Dian.
Menurut Dian, faktor pola tidur yang tidak tepat juga bisa jadi faktor penyebab obesitas pada remaja. Pasalnya, jadwal tidur yang tidak beraturan bisa membuat hormon tidak seimbang. Hal ini juga bisa meningkatkan berat badan.
Kondisi ini diperparah dengan pandemi Covid-19 yang membuat tumpuan aktivitas remaja atau sebagian orang berpusat di rumah. Padahal, aktivitas fisik penting untuk pengeluaran kalori berlebih.
“Seseorang yang terbiasa lari pagi, main basket, dll takut melakukannya saat awal pandemi, karena memang ada aturan yang membatasi aktivitas (PPKM). Jika ada motivasi yang kuat, ia mampu melakukannya sendiri di rumah. Tapi, banyak orang yang tidak melakukan. Jadi, peningkatan berat badan banyak terjadi di masa pandemi,” ujar Dian.
Baca juga: 8 Akibat Obesitas pada Kesehatan yang Pantang Disepelekan
Dian menyebutkan, ada beberapa akibat obesitas pada remaja yang pantang disepelekan, antara lain:
Mengingat akibat obesitas pada remaja bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental, Dian menyampaikan pentingnya mengelola faktor penyebab obesitas pada remaja.
Menurut Dian, fokus mengatasi obesitas pada remaja bukan hanya menurunkan berat badan.
Lebih penting lagi, ia menyebut perlunya remaja disiplin menjalankan perilaku hidup sehat, seperti mengontrol pola makan, aktif bergerak dan rutin olahraga, mengendalikan stres, sampai menjaga pola tidur.
Baca juga: 4 Cara Mengatasi Obesitas secara Alami
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.