Alhasil, kesempatan anak untuk aktif bereksplorasi dan siap belajar menjadi menurun.
Jika bayi kekurangan zat besi, ia mungkin mengalami defisit dan keterlambatan perkembangan kognitif dan perilaku, kata Vandana Sheth, RDN, CDE, ahli gizi terdaftar dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics.
Baca juga: 6 Dampak Anemia pada Ibu Hamil dan Janin di dalam Kandungan
Anemia adalah kondisi ketika tidak ada cukup sel darah merah dalam tubuh atau kemampuan anak Anda untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menurun.
Balita di Indonesia sebanyak 28,1-38,5 persen mengalami anemia.
Sebagian besar 50-60 persen anemia pada anak disebabkan oleh asupan zat besi yang rendah.
Anak-anak yang tidak menerima cukup zat besi baik dari makanan atau suplemen kaya zat besi berisiko lebih besar terkena anemia.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak balita (bawah 5 tahun) yang diakibatkan kurang gizi kronis serta infeksi berulang.
Manfaat zat besi untuk anak lainnya adalah untuk mencegah stunting.
Dokter spesialis gizi klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK mengatakan bahwa hal tersebut karena defiesiensi zat besi bisa menyebabkan anemia yang menjadi faktor penyebab faltering growth.
Ini adalah istilah untuk kondisi pertumbuhan fisik anak yang sangat lamban dibandingkan dengan anak seusianya. Faltering growth merupakan awal dari stunting pada anak.
Suatu penelitian pada anak usia 6-12 bulan menunjukkan bahwa anak yang anemia cenderung mengalami growth faltering.
Baca juga: Perbedaan Protein Hewani dan Nabati untuk Mencegah Stunting pada Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya