Saat proses operasi dilakukan untuk pemasangan pen dan pembersihan Spondylitis TB, dokter menemukan jenis jaringan lain di lumbal Bayu.
Jaringan itu adalah tumor ganas yang bernama Limfoma Hodgkin. Bayu dinyatakan menderita Limfoma Hodgkin stadium 3b.
Saat menerima vonis kanker tersebut, Bayu dan keluarga untuk pertama kalinya mendengar tentang apa itu Limfoma Hodgkin.
"Di pikiran saya waktu itu sudah tidak karuan, apalagi saat dijelaskan bahwa itu merupakan sebuah kanker yang memerlukan treatment serius dan menyakitkan," lanjutnya kepada Kompas.com setelah sesi webinar usai.
Ia menandaskan, "Rasanya semua seperti di luar nalar."
Limfoma Hodgkin stadium 3b merupakan tahap kanker tingkat lanjut, di mana sel kanker telah menyebar dari lokasi asal ke sejumlah jaringan.
Oleh karena itu, Bayu harus menerima pengobatan kemoterapi dan radiasi segera.
Kemoterapi sebanyak 15 siklus untuk pertama dan dilanjutkan dengan terapi radiasi sebanyak 16 kali harus dijalani Bayu.
Namun, semua tidak berjalan lancar.
"Rencana kemoterapi saya 15 kali itu terpaksa dihentikan di 8 atau 9 kali karena obat vinblastine yang dibutuhkan benar-benar tidak ada. Sehingga, langsung loncat ke proses terapi radiasi," ujarnya.
Efek samping pengobatan Limfoma Hodgkin juga terasa sangat berat dijalani hingga ia berpikir untuk menyerah.
Efek samping pengobatan Limfoma Hodgkin yang paling umum dirasakan Bayu dari kemoterapi dan terapi radiasi adalah mual, pusing, dan lemas.
"Untuk efek lain dari kemoterapi ada kerontokan rambut. Kadang di beberapa jenis obat ada yang membuat sensasi terbakar di area jarum infus hingga sepanjang intravena di tangan," bebernya.
Untuk efek samping terapi radiasi bergantung pada wilayah yang dipapar. Dalam kasus Bayu terjadi pada tulang belakang ruang lumbal 2 dan 3 dekat lambung.
"Membuat rasa tidak enak di perut, mual dan asam lambung enggak stabil. Area yang diradiasi cenderung menghitam," ucapnya.
Pasca kecelakaan mobil, Bayu sempat mengalami kelumpuhan beberapa bulan dari dada sampai ujung kaki. Diikuti rasa sakit luar biasa setiap jamnya.
Saat itu, Bayu menemui titik terpuruk dalam hidupnya.
"Melihat orang tua setiap hari nangis melihat saya, saya sempat minta dicabut saja nyawanya. Kesiksanya luar biasa," ungkapnya.
Namun, niat itu ditariknya. Bayu sadar bahwa ia harus tetap berjuang sekuat tenaga melawan kankernya demi banyak orang yang ia sayangi dan cita-citanya.
"Mengetahui kalau banyak yang sayang saya dan mau saya melanjutkan mengejar cita-cita, itu paling powerfull," ujarnya.