Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limfoma Hodgkin, Ujung Pencarian 1,5 Tahun Bayu Derita Nyeri Parah

Kompas.com - 24/02/2023, 11:18 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Delapan tahun yang lalu sama sekali tidak terbesit dalam pikiran Bayu Dwityo Praharso akan berkenalan dengan penyakit bernama "Limfoma Hodgkin".

Pria kelahiran 6 Juni 1995 ini menjalankan aktivitas laiknya anak kuliahan yang super aktif di semester 6 jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Paramadina.

Suka begadang, makan sembarangan, dan merokok tak ketinggalan.

Waktu tidurnya kala itu paling cepat jam 3 pagi. Bahkan, terkadang jam segitu ia masih seru mengerjakan tugas di kampus.

Ternyata, lambat-laun gaya hidup aktif ala Bayu itu menjadi boomerang untuknya.

Ia menemui tubuhnya mengalami kelelahan ekstrem, sering muncul rasa nyeri di badannya, benjolan, batuk-batuk, dan demam.

Tumbuh besar di lingkungan dengan pengetahuan masalah kesehatan yang minim, ia berpikir kondisinya hanya kelelahan dan masuk angin biasa.

Sampai akhirnya ia memutuskan periksa ke dokter karena gejala itu semakin intens terjadi.

Baca juga: Limfoma Hodgkin


"Awalnya cuma seminggu sekali, gejalanya lama-lama muncul 4 atau 3 hari sekali. Semakin lama gejalanya berasa lebih parah di setiap harinya," kata Bayu saat berbagi cerita dalam webinar "Hari Kanker Sedunia 2023: Menutup Kesenjangan Akses Pengobatan Inovatif Limfoma Hodgkin", pada Kamis (24/2/2023).

Untuk pertama kali memeriksakan kondisinya ke dokter, ia didiagnosis radang otot.

Resep obat ia konsumsi sesuai anjuran dan sakitnya hilang. Namun, ternyata hanya sesaat dan gejala itu kembali datang.

Beberapa kali periksa lagi, ia hanya kembali menemui kondisi yang sama. Bingung menggelayuti pikiran Bayu dan keluarga tentang penyakit apa yang sebenarnya diidap.

"Gejalanya muncul lebih parah lagi, batuk-batuk, nyeri di seluruh bagian badan atas-bawah, sudah mengganggu aktivitas. Kuliah saya terbengkalai karena sudah sulit bergerak sendiri," ungkapnya.

Bayu memutuskan untuk berhenti kuliah karena berbagai pertimbangan kondisi.

Dengan kondisi kesehatan yang sudah buruk, barulah ia tergerak untuk periksa ke dokter spesialis penyakit dalam. Hasil tesnya ia dinyatakan positif TBC.

Ia menjalani treatment selama beberapa bulan dengan tekun sampai dinyatakan bersih dari TBC.

Sayangnya, gejala penyakit Bayu belum juga mau pergi. Nyeri yang terasa di seluruh tubuh terutama di lumbal lagi-lagi kembali, meski batuk dan rasa gatal di dada sudah hilang.

Awal perkenalan Bayu dengan Limfoma Hodgkin

Sekitar 1,5 tahun kemudian, pada 2016, momen tak terlupakan bagi Bayu dan keluarga terjadi.

Sebuah kecelakaan mobil dialami Bayu yang mengakibatkan fraktur di bagian lumbal 2 dan harus segera dioperasi di RS Eka Hospital BSD.

"Sebelum operasi saya didiagnosis Spondylitis TB melalui MRI dan segala macam tes. Di area ruas lumbal 2 yang terasa sering nyeri itu terdapat pemutihan," terangnya.

Saat proses operasi dilakukan untuk pemasangan pen dan pembersihan Spondylitis TB, dokter menemukan jenis jaringan lain di lumbal Bayu.

Jaringan itu adalah tumor ganas yang bernama Limfoma Hodgkin. Bayu dinyatakan menderita Limfoma Hodgkin stadium 3b.

Saat menerima vonis kanker tersebut, Bayu dan keluarga untuk pertama kalinya mendengar tentang apa itu Limfoma Hodgkin.

"Di pikiran saya waktu itu sudah tidak karuan, apalagi saat dijelaskan bahwa itu merupakan sebuah kanker yang memerlukan treatment serius dan menyakitkan," lanjutnya kepada Kompas.com setelah sesi webinar usai.

Ia menandaskan, "Rasanya semua seperti di luar nalar."

Limfoma Hodgkin stadium 3b merupakan tahap kanker tingkat lanjut, di mana sel kanker telah menyebar dari lokasi asal ke sejumlah jaringan.

Oleh karena itu, Bayu harus menerima pengobatan kemoterapi dan radiasi segera.

Kemoterapi sebanyak 15 siklus untuk pertama dan dilanjutkan dengan terapi radiasi sebanyak 16 kali harus dijalani Bayu.

Namun, semua tidak berjalan lancar.

"Rencana kemoterapi saya 15 kali itu terpaksa dihentikan di 8 atau 9 kali karena obat vinblastine yang dibutuhkan benar-benar tidak ada. Sehingga, langsung loncat ke proses terapi radiasi," ujarnya.

Efek samping pengobatan Limfoma Hodgkin juga terasa sangat berat dijalani hingga ia berpikir untuk menyerah.

Efek samping pengobatan Limfoma Hodgkin yang paling umum dirasakan Bayu dari kemoterapi dan terapi radiasi adalah mual, pusing, dan lemas.

"Untuk efek lain dari kemoterapi ada kerontokan rambut. Kadang di beberapa jenis obat ada yang membuat sensasi terbakar di area jarum infus hingga sepanjang intravena di tangan," bebernya.

Untuk efek samping terapi radiasi bergantung pada wilayah yang dipapar. Dalam kasus Bayu terjadi pada tulang belakang ruang lumbal 2 dan 3 dekat lambung.

"Membuat rasa tidak enak di perut, mual dan asam lambung enggak stabil. Area yang diradiasi cenderung menghitam," ucapnya.

Tidak ada pilihan selain melawan Limfoma Hodgkin

Pasca kecelakaan mobil, Bayu sempat mengalami kelumpuhan beberapa bulan dari dada sampai ujung kaki. Diikuti rasa sakit luar biasa setiap jamnya.

Saat itu, Bayu menemui titik terpuruk dalam hidupnya.

"Melihat orang tua setiap hari nangis melihat saya, saya sempat minta dicabut saja nyawanya. Kesiksanya luar biasa," ungkapnya.

Namun, niat itu ditariknya. Bayu sadar bahwa ia harus tetap berjuang sekuat tenaga melawan kankernya demi banyak orang yang ia sayangi dan cita-citanya.

"Mengetahui kalau banyak yang sayang saya dan mau saya melanjutkan mengejar cita-cita, itu paling powerfull," ujarnya.

Setelah itu, pria ini menanamkan kuat spirit "No one can beat me" dalam dirinya.

"Di kondisi itu juga saya merasa enggak ada pilihan selain untuk hidup dengan segala keterbatasannya," katanya.

"Lagi pula akan kedengaran keren kalau saya bisa mengalahkan Limfoma Hodgkin," tambahnya.

Pada 2018, Bayu dinyatakan sudah bersih dari Limfoma Hodgkin.

Saat ini, kondisi pria berusia 27 tahun ini sudah stabil. Namun, masih sulit untuk ia sembuh total karena awal diagnosisnya yang sudah stadium lanjut dan sempat mengalami relapse pada 2019.

Untuk menang melawan penyakit kanker kelenjar getah bening ini, ia sekarang mengubah drastis gaya hidupnya.

Baca juga: Perbedaan Kanker Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-hodgkin

Sekarang waktu untuk aktivitas lebih ia kelola agar teratur makan dan istirahat.

"Karena si limfoma ini suka bikin badan capek mendadak, jadi ketika mau melakukan suatu hal sekarang saya memperhitungkan lebih matang, enggak sembrono seperti dulu," bebernya.

Ia pun mengatur asupan makannya dengan menghindari makan makanan yang dibakar atau diasap untuk mencegah paparan senyawa karsinogenik.

"Sekarang sudah enggak merokok lagi, tidur pun lebih teratur dan normal jamnya, walaupun kadang kecolongan begadang," lontarnya.

Pria yang hobi masak dan bercita-cita memiliki restoran sendiri berharap ke depan bisa melanjutkan kuliah, yang lama ia tinggalkan.

Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD KHOM, FINASIM, Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik yang menangani Bayu sejak 2019 mengatakan bahwa penyakit ini sebenarnya bisa sembuh total, apalagi jika didiagnosis sejak dini.

"Jika ditanya adakah kanker yang bisa sembuh sempurna, inilah Limfoma Hodgkin," ucap dr Andhika.

Namun kesulitan diagnosis bisa saja terjadi, sehingga penanganannya terlambat. Ini karena suatu penyakit bisa muncul bersamaan dengan penyakit lain.

"Ada beberapa penyakit yang muncul bersamaan dengan penyakit lain. Misalnya TBC, dia menirukan gejala semua, tidak hanya Limfoma Hodgkin, tetapi juga pada kanker paru," terangnya.

Setelah diagnosis cepat, pengobatan dan gaya hidup sehat sangat berperan penting untuk kesembuhannya.

"Karena itu saya sering mengatakan kepada Bayu untuk istirahat," ucap dr Andhika.

"Ayo tidur sebelum jam 10 (malam) dan segala macam," timpal Bayu yang mengaku kerap dinasehati oleh dokter Andhika begitu.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com