Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2023, 09:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Jika Anda ingin punya tubuh ideal, maka hindarilah stres.

Stres tak hanya berdampak pada kesehatan. Bahkan, kita juga bisa mengalami obesitas akibat stres yang berkepanjangan.

Psikolog Leslie Heiberg mengatakan, stres bisa memicu obesitas karena adanya hormon yang terganggu.

Saat stres tubuh akan melepaskan kortisol. Kortisol adalah hormon yang dilepaskan tubuh Anda saat Anda merasakan stres fisik atau psikologis.

Seperti adrenalin dan norepinefrin, kortisol adalah hormon "figth or flight".

Hormon stres ini memperlambat proses fisiologis yang tidak penting untuk bertahan dari ancaman langsung — seperti metabolisme Anda — dan mempercepat proses yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup saat ini.

Dengan kata lain, ketika tingkat kortisol Anda naik, hal itu memicu reaksi berantai.

Hormon tersebut meningkatkan tekanan darah dan produksi insulin Anda, sekaligus menekan sistem kekebalan tubuh Anda.

Baca juga: Mengenal Apa itu Melamun dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Saat kadar insulin Anda naik, gula darah Anda turun, membuat Anda menginginkan makanan berlemak dan bergula.

"Dulu ketika manusia harus melarikan diri dari hewan liar dan ancaman lingkungan serius lainnya, peningkatan kortisol sementara adalah mekanisme yang berguna," kata Heinberg.

Tapi hari ini, stres lebih bersifat jangka panjang. Dan seiring waktu, kortisol yang meningkat itu dapat merusak tubuh kita.

Sebuah studi tahun 2017 menunjukkan hubungan antara hormon stres kortisol dan kelebihan berat badan.

Ditemukan juga bahwa kadar kortisol yang lebih tinggi dikaitkan dengan beban ekstra di pinggang - yang terkadang kita sebut sebagai lemak visceral.

Studi itu menambah hubungan yang sudah kuat antara stres jangka panjang dan penambahan berat badan yang tidak sehat.

Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa metabolisme kita lebih lambat saat kita stres.

Selain itu, studi tahun 2007 menemukan bahwa kadar kortisol yang tinggi sebenarnya dapat meningkatkan perasaan puas yang kita alami saat makan makanan berlemak dan bergula.

Dampak negatif obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas jangka panjang dapat berdampak negatif bagi kesehatan, seperti:

  • Meningkatkan tekanan darah dan kolesterol Anda, membuat Anda lebih rentan terhadap penyakit kardiovaskular dan stroke.
  • Menyebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes tipe 2.
  • Meningkatkan risiko kanker.
  • Menempatkan tekanan ekstra pada persendian Anda, meningkatkan rasa sakit dan membatasi mobilitas.
  • Menyebabkan masalah kesuburan.
  • Mengurangi fungsi paru-paru dan memperburuk gangguan pernapasan seperti apnea tidur obstruktif.
  • Mengganggu kesehatan mental Anda.

Baca juga: Penderita Kanker Paru-paru Pantang Makan Apa?

Efek Jangka Panjang Stres

Kadar kortisol yang meningkat bisa menurunkan metabolisme dan mendorong keinginan akan lemak dan gula.

Heinberg juga mengatakan bahwa kebiasaan sehat, seperti cukup tidur, berolahraga, dan makan makanan yang sehat, lebih sulit dipertahankan ketika Anda merasa sudah maksimal secara emosional.

Maka, tidak mengherankan jika stres jangka panjang dapat berdampak negatif bagi kesehatan Anda.

Selain penambahan berat badan – dan komplikasi yang menyertainya – stres jangka panjang juga bisa menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, meningkatnya frekuensi sakit kepala dan migrain, gangguan gastrointestinal, dan masih banyak lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau