Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Urgensi dan Tantangan Kepemimpinan Kesehatan di Indonesia

Kompas.com - 08/03/2023, 09:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Allen-Duck et al (2017) mengelaborasi lebih jauh tentang syarat peningkatan kualitas perawatan kesehatan. Menurut mereka, ada empat atribut atau pilar peningkatan kualitas kesehatan.

Pertama adalah efektif, yang mencakup penanganan yang akurat, adil, dan tepat waktu. Kedua adalah safe. Maksudnya adalah bagaimana perawatan pasien harus menciptakan lingkungan sosial dan psikologis yang aman.

Ketiga adalah mengedepankan budaya unggul. Yang dimaksud budaya unggul adalah mengedepankan kasih sayang, kolaborasi, komunikasi yang efektif, menghormati pasien, dan bertanggung jawab. Terakhir adalah capaian yang diharapkan, yang mengedepankan kepuasan pasien.

Peningkatan kualitas merupakan proses panjang. Akan tetapi, satu kabar gembira yang mengawali proses penguatan sektor kesehatan adalah munculnya platform SatuSehat. Platform SatuSehat akan mengintegrasikan data rekam medis pengguna, sehingga memudahkan diagnosa masyarakat. Ini adalah bentuk komitmen dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan transformasi infrastruktur kesehatan.

Peningkatan kualitas lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan kepemimpinan diri. Mengapa ini penting? Agar para tenaga kesehatan memiliki self-awareness yang mumpuni dan mampu berkontribusi lebih optimal, sehingga meminimalisir burnout di antara tenaga kesehatan.

Dorsen-Brogg et al (2021) menyatakan bahwa intervensi kepemimpinan diri berguna bagi para tenaga kesehatan untuk menumbuhkan determinasi diri dan otonomi, yang berdampak positif pada keterlibatan kerja, kesehatan, dan performa.

Unsworth & Mason (2012) menambahkan, pelatihan kepemimpinan diri menawarkan pendekatan preventif pada manajemen stres. Ini akan meminimalisir masalah kesehatan mental yang pernah dialami oleh para tenaga kesehatan.

Singkatnya, para pemimpin di dunia kesehatan perlu mengencangkan sabuk pengaman agar bisa mentransformasi pelayanan kesehatan. Potensi dan kekuatan yang dimiliki dapat menjadi dorongan untuk berinovasi agar seluruh penduduk bisa terjangkau layanan kesehatan yang prima.

Saya berkeyakinan bahwa pemimpin dunia kesehatan Indonesia memiliki kapabilitas yang mumpuni untuk melakukan semua itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com