Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Urgensi dan Tantangan Kepemimpinan Kesehatan di Indonesia

Kompas.com - 08/03/2023, 09:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meskipun begitu, Sfantou et al (2017) memberikan penegasan bahwa gaya kepemimpinan berkorelasi kuat dengan perawatan kualitas. Mereka juga berargumen bahwa kepemimpinan dianggap sebagai elemen inti untuk penyediaan perawatan yang terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.

Apabila berbicara sifat  pemimpin dunia kesehatan, Hargett et al (2017) mengungkapkan lima sifat yang diperlukan di dalam diri pemimpin: bertindak dengan integritas, berkomunikasi secara efektif, bertindak dengan etika profesional, mengejar kesempurnaan, membangun dan mempertahankan hubungan, serta berpikir kritis.

Dr Robert Baginski, Direktur Program Doctor of Medical Science Universitas Northeastern, mendefinisikannya dengan lebih holistik. Menurut dia, kepemimpinan kesehatan adalah mengambil peran aktif dalam perkembangan kesehatan saat ini. Dia menegaskan bahwa kepemimpinan kesehatan tidak hanya berbicara tentang asuransi, mengelola staf, dan organisasi.

Idealnya, kepemimpinan kesehatan adalah bagaimana pemimpin memandu kita ke masa depan yang kita rasa perlu. Pernyataan Robert Baginski mendapatkan validitas dari perkembangan terbaru dunia kesehatan.

Kepemimpinan kesehatan memang harusnya berbicara bagaimana menyambut masa depan, terlebih teknologi kesehatan semakin berkembang dan terintegrasi dengan kehidupan masyarakat.

International Data Cooperation bahkan meramalkan, di akhir tahun 2026, sebanyak 55 persen organisasi kesehatan di Asia Pasifik akan memiliki kerangka tata kelola data sebagai respon dari perkembangan terkini dari kecerdasan buatan. Artinya, sektor kesehatan nanti akan sangat dipengaruhi oleh teknologi.

Menurut survei Harris Poll tahun 2022, penerapan teknologi sebagai solusi kesehatan semakin masif. Di Tiongkok, 55 persen responden menggunakan teknologi untuk mengelola kesehatannya.

Namun, kondisinya berbeda di Indonesia. Sebanyak 71,07 persen tidak pernah mengakses internet untuk layanan kesehatan seperti BPJS, Halodoc, dan lain sebagainya.

Apabila kita spesifikkan ke Indonesia, perkembangan global dan domestik ini setidaknya akan memengaruhi kepemimpinan kesehatan dalam tata kelola, kebutuhan kemampuan, serta visi dari pemimpin di sektor kesehatan itu sendiri.

Artinya, kepemimpinan kesehatan mencakup digital leadership dan kepemimpinan transformatif, serta kepemimpinan dalam krisis. Kepemimpinan kesehatan harus berorientasi pada peningkatan kualitas kesehatan dengan memanfaatkan inovasi teknologi serta menggunakan pendekatan yang humanis, yang mengedepankan kepentingan pasien. Tantangan di masa depan akan semakin rumit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com