Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Urgensi dan Tantangan Kepemimpinan Kesehatan di Indonesia

Kompas.com - 08/03/2023, 09:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Yang Bisa Ditingkatkan

Saya berpandangan, pemimpin di dunia kesehatan perlu memberikan perhatian khusus kepada peningkatan sumber daya manusia. Terlepas dari sarana dan prasarana kesehatan yang mumpuni, jika sumber daya manusia tidak mampu mengoptimalkannya dan memberikan perawatan yang terbaik, maka berbagai alat kesehatan yang ada menjadi tidak terlalu berguna.

Namun, sarana dan prasarana kesehatan kita yang semakin meningkat dalam aspek jumlah serta kualitasnya menjadi satu hal yang patut disyukuri. Kepemimpinan dunia kesehatan juga teruji dan semakin solid setelah pandemi Covid-19. Ini menjadi modal awal yang baik bagi pemimpin dunia kesehatan untuk melakukan transformasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya 3.112 rumah sakit yang ada di Indonesia di tahun 2021. Jumlah tersebut terdiri dari 2.514 rumah sakit umum dan 598 rumah sakit khususnya. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 2.959 unit.

Selain jumlah rumah sakit, masyarakat juga meningkat kepuasannya terhadap layanan rumah sakit. Berdasarkan survei BPS tahun 2020, sebanyak 89,13 persen responden puas dengan pelayanan rawat jalan rumah sakit. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 86,48 persen.

Dari penggambaran ini, pemimpin dunia kesehatan Indonesia telah memiliki tools yang lebih baik dalam menghadapi tantangan ke depan. Beberapa rumah sakit pun telah memiliki tata kelola yang baik berkat kepemimpinan yang kuat.

Sebagai contoh, RSUD dr. Iskak di Tulungagung. RSUD ini pernah meraih Gold Award dalam forum International Hospital Federation Congress and Award ke-43 di Oman pada 2019. Dr. Supriyanto Dharmoredjo merupakan sosok di balik RSUD dr. Iskak. Berkat kepemimpinannya, RSUD dr. Iskak memiliki pelayanan yang optimal.

RSUD dr. Iskak mengintegrasikan teknologi sebagai basis operasionalnya. Bahkan, RSUD dr. Iskak memberikan pelayanan kesehatan gratis di tengah keterbatasan anggaran dari pemerintah.

Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, berencana menjadikan RSUD dr. Iskak sebagai role model bagi rumah sakit lainnya. Para pemimpin di dunia kesehatan perlu menduplikasi RSUD dr. Iskak ini di banyak wilayah, sehingga pelayanan kesehatan Indonesia menjangkau seluruh penduduk.

Segala aspek perlu kita tingkatkan agar sektor kesehatan dapat memberikan pelayanan yang maksimal sehingga bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia.

Menurut Drew & Pandit (2020), peningkatan kualitas bergantung dari pelibatan dan pemberdayaan tim yang memeriksa pasien dengan perlengkapan dan keterampilan yang dibutuhkan. Segala kebutuhan terkait dengan perawatan pasien diserahkan oleh para profesional yang bersinggungan langsung dengan mereka. Syaratnya adalah adanya akuntabilitas yang ketat.

Allen-Duck et al (2017) mengelaborasi lebih jauh tentang syarat peningkatan kualitas perawatan kesehatan. Menurut mereka, ada empat atribut atau pilar peningkatan kualitas kesehatan.

Pertama adalah efektif, yang mencakup penanganan yang akurat, adil, dan tepat waktu. Kedua adalah safe. Maksudnya adalah bagaimana perawatan pasien harus menciptakan lingkungan sosial dan psikologis yang aman.

Ketiga adalah mengedepankan budaya unggul. Yang dimaksud budaya unggul adalah mengedepankan kasih sayang, kolaborasi, komunikasi yang efektif, menghormati pasien, dan bertanggung jawab. Terakhir adalah capaian yang diharapkan, yang mengedepankan kepuasan pasien.

Peningkatan kualitas merupakan proses panjang. Akan tetapi, satu kabar gembira yang mengawali proses penguatan sektor kesehatan adalah munculnya platform SatuSehat. Platform SatuSehat akan mengintegrasikan data rekam medis pengguna, sehingga memudahkan diagnosa masyarakat. Ini adalah bentuk komitmen dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan transformasi infrastruktur kesehatan.

Peningkatan kualitas lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan kepemimpinan diri. Mengapa ini penting? Agar para tenaga kesehatan memiliki self-awareness yang mumpuni dan mampu berkontribusi lebih optimal, sehingga meminimalisir burnout di antara tenaga kesehatan.

Dorsen-Brogg et al (2021) menyatakan bahwa intervensi kepemimpinan diri berguna bagi para tenaga kesehatan untuk menumbuhkan determinasi diri dan otonomi, yang berdampak positif pada keterlibatan kerja, kesehatan, dan performa.

Unsworth & Mason (2012) menambahkan, pelatihan kepemimpinan diri menawarkan pendekatan preventif pada manajemen stres. Ini akan meminimalisir masalah kesehatan mental yang pernah dialami oleh para tenaga kesehatan.

Singkatnya, para pemimpin di dunia kesehatan perlu mengencangkan sabuk pengaman agar bisa mentransformasi pelayanan kesehatan. Potensi dan kekuatan yang dimiliki dapat menjadi dorongan untuk berinovasi agar seluruh penduduk bisa terjangkau layanan kesehatan yang prima.

Saya berkeyakinan bahwa pemimpin dunia kesehatan Indonesia memiliki kapabilitas yang mumpuni untuk melakukan semua itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com