Jika kita membuat daftar potensi ancaman yang berdampak bagi dunia kesehatan, isunya cukup banyak, tetapi ada dua masalah yang harus menjadi perhatian khusus para pemimpin di dunia kesehatan: penyakit dan perubahan iklim. Dua isu ini saling terhubung, walaupun tidak langsung.
Terlepas dari itu, dunia kesehatan menghadapi dua ancaman sekaligus. Pakar Kesehatan Lingkungan dan Kedokteran Keluarga FKKMK UGM, Profesor Hari Kusnanto Josef, menyebutkan bahwa perubahan iklim yang terjadi akan mengancam ketahanan pangan. Hal ini cukup logis mengingat pangan merupakan bagian penting dari kesehatan masyarakat.
Terkait pangan, Indonesia memiliki masalah stunting (kekurangan gizi) yang perlu kita benahi bersama. Berdasarkan data terbaru, tingkat stunting turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Kerja keras para pemimpin kesehatan perlu kita apresiasi. Akan tetapi, angka ini masih tergolong banyak.
Selain itu, ketika perubahan iklim menjadi semakin parah, angka stunting bisa berpotensi meningkat kembali. Ini adalah tantangan serius yang perlu kita pikirkan bersama.
Di samping itu, para peneliti memperkirakan bahwa ada 2 persen kemungkinan kita akan menghadapi pandemi skala Covid-19. Angka ini memang kecil, tetapi kita perlu memikirkan kembali bagaimana pandemi Covid-19 terjadi. Apakah ada yang memperkirakan bahwa dunia harus melawan Covid-19? Tidak. Sehingga, persentase kecil pun perlu kita perlakukan serius agar lebih siap menghadapinya.
Tak hanya itu, perubahan iklim juga meningkatkan risiko untuk terjangkit penyakit menular. Studi dari Mora et al (2022) menemukan bahwa dari 375 penyakit menular yang diteliti, ada 218 (58 persen) yang diperparah perubahan iklim. Ini masalah serius dan bisa menjadi tantangan berat bagi para pemimpin di dunia kesehatan.
Mengingat ancaman eksternal yang sulit diprediksi, para pemimpin di dunia kesehatan perlu mengencangkan sabuk pengamannya. Menguatkan kapabilitas teknologi dan sumber daya manusia di setiap rumah sakit harus menjadi urgensi.
Karena itu, pekerjaan rumah para pemimpin dunia kesehatan adalah memperkuat manajemen organisasi, teknologi kesehatan, dan yang paling penting manusianya. Setidaknya, ketiga tiga hal ini bisa terus diperkuat, ancaman eksternal bisa diminimalisir.
Sayangnya, pemimpin harus menghadapi tantangan internal yang cukup pelik untuk diselesaikan, khususnya di aspek sumber daya manusia. Menurut WHO tahun 2019, rasio dokter spesialis di Indonesia 0,47 dari 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia tidak memiliki satu dokter untuk 1.000 penduduk.
Mengutip dari Katadata, Indonesia masih kekurangan 130 ribu dokter dari 270 ribu dokter yang dibutuhkan. Salah satu alasan kurangnya jumlah dokter adalah biaya pendidikan dokter yang terbilang mahal.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.