MASIH jelaskah di ingatan pembaca mengenai pengobatan dukun cilik Ponari kira-kira belasan tahun lalu? Beribu-ribu orang silih berganti mendatangi praktik pengobatan menggunakan batu “sakti” yang dicelupkan ke air tersebut.
Tidak sedikit orang menyatakan sembuh total dari berbagai macam dan jenis penyakit setelah ”mengonsumsi” air hasil rendaman batu tersebut (baik dengan diusap di wajah, diminum, dipakai mandi, disemprotkan, dan lain-lain)
Belakangan ini tengah viral pengobatan alternatif oleh seorang pengobat tradisional yang sering disebut “Ida dayak”. Pengobatannya laris manis diserbu masyarakat.
Terbaru, kegiatan pengobatan Ida Dayak di Depok dibatalkan lantaran membludaknya pengunjung.
Hal-hal apa saja yang menyebabkan pengobatan serupa begitu laris manis dan sebenarnya apakah yang terjadi dari kacamata medis secara ilmiah?
Banyak masyarakat kita yang tumbuh dewasa menyaksikan orangtuanya atau keluarganya berobat kepada pengobatan alternatif. Secara tidak langsung hal ini akan membangun kepercayaan baru ketika mereka menjadi orang dewasa bahwa pengobatan alternatif lebih baik daripada pengobatan medis.
Kepercayaan yang sudah ditanamkan di pikiran sejak kecil akan mengakar kuat dan membudaya (kepercayaan primordial). Inilah yang menyebabkan alasan utama seseorang tetap mengunjungi pengobatan alternatif apapun latar belakang pendidikan, pangkat, kedudukan, jabatan, dan status sosial ekonominya.
Penulis pernah mendapati pasien dengan latar belakang pendidikan S3 (Strata-3) dengan nyeri pinggang menahun yang disebabkan batu ginjal.
Pasien tersebut kemudian mengunjungi suatu pengobatan alternatif yang dikenal dengan sebutan “operasi gaib” untuk mengeluarkan batu tersebut.
Hebatnya hanya dalam sekali pertemuan, keluhan nyerinya hilang seketika, dan seketika itu pula pasien merasakan kesembuhan (tolok ukur kesembuhan dalam diri pasien adalah hilangnya rasa nyeri).
Selang kira-kira 6 bulan kemudian, pasien kembali datang berobat kepada penulis dengan keluhan nyeri hebat di pinggang dan kesulitan buang air kecil. Ketika dilakukan USG, batu ginjal yang sama ditemukan dengan ukuran tiga kali lipat dibandingkan 6 bulan lalu.
Inilah hebatnya sugesti dan belief system kita. Ketika kita sungguh percaya akan suatu hal (dalam kasus ini percaya operasi gaib tersebut telah mengeluarkan batunya), maka sugesti tersebut akan mampu menghilangkan rasa nyeri (meskipun batunya tetap ada).
Kedua, banyak pendapat yang mengatakan bahwa terbatasnya tenaga medis/sarana kesehatan atau sulitnya akses kepada fasilitas kesehatan menjadi salah satu penyebab lainnya masyarakat “demen” mengunjungi pengobatan alternatif.
Hal ini sebenarnya tidak 100 persen tepat, meskipun tidak 100 persen salah. Sebagai contoh, pengobatan yang dilakukan Ida Dayak dilakukan di Kota Depok, yang notabene adalah kota besar di dekat Ibu Kota Jakarta.
Begitupun pengobatan alternatif lain dengan berbagai metode menjamur di banyak kota-kota besar di seluruh Indonesia, bahkan di ibu kota provinsi.
Ketiga, ada pendapat yang mengatakan bahwa berobat medis lebih mahal daripada pengobatan tradisional.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai dokter selama lebih dari 15 tahun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Justru sebaliknya, seringkali pengobatan alternatif jauh lebih mahal daripada pengobatan medis sesungguhnya.
Penulis berkali-kali mendapati pasien yang harus merogoh kocek lebih dari Rp 5 juta untuk satu kali kunjungan berobat alternatif. Bahkan ada yang sampai harus menjual sawah dan hewan ternaknya untuk sekali berobat alternatif.
Keempat, pemahaman atau literasi kesehatan masyarakat kita masih kurang. Belum lagi masih banyak masyarakat kita yang ingin serba instan atau ingin segera sembuh meskipun penyakitnya sudah komplikasi dan menahun.
Edukasi medis mengenai penyakit tetap saja terkalahkan oleh kombinasi kurangnya literasi kesehatan dan belief system. Akhirnya menjadi hal utama penyebab masyarakat kita masih sangat menggandrungi pengobatan alternatif yang tidak jelas landasan pengetahuan dan keilmuannya.
Kelima, banyak orang yang ketika sakit merasa akan sembuh bila diobati secara luar biasa. Jadi, ada sebagian orang yang berpikir hanya akan sembuh melalui cara-cara “sakti” atau di luar cara-cara pada umumnya secara medis.
Hal ini mirip dengan yang pertama, belief system bermain, sugesti dirinya memegang peranan besar dalam menentukan kesembuhan.
Bila diamati lebih dalam, apapun metode pengobatan alternatifnya, memiliki satu pola kesamaan, yaitu memanfaatkan kekuatan pikiran. Tepatnya pikiran yang dibentuk di bawah sadar sang pasien.
Kekuatan pikiran bawah sadar akan mengontrol manusia untuk berperilaku dalam hidupnya. Saat pikiran bawah sadar sudah membentuk suatu sudut pandang atas suatu hal, hal itulah yang akan terjadi dalam hidupnya.