Selanjutnya, seperti apa yang sudah dijelaskan di atas, ketika seseorang sudah dalam keadaan “trance” segala proses penyembuhan psikis dan fisik mulai terjadi.
Namun menyembuhkan pasien tersebut dari persoalan medisnya secara tepat tentunya diperlukan analisa medis yang tepat ”case by case”, “individu per individu” tidak bisa dipukul rata.
Bilamana kita mau sedikit menengok sedikit ke sejarah masa lalu di dunia, fenomena-fenomena seperti Ponari, dan Ida Dayak ini sebenarnya bukan hal baru.
Sejarah dunia mencatat banyak sekali fenomena-fenomena serupa dari zaman sebelum masehi hingga zaman modern.
Sebut saja yang cukup populer apa yang dilakukan oleh Fr. Joseph Gassner (1727-1779) seorang pemuka agama tertentu, yang menyembuhkan pasien-pasiennya dengan menggunakan mantra-mantra atau kata-kata dan doa.
Pasien-pasien yang sakit dijejerkan berbaris secara memanjang ke samping kemudian Gassner menyentuhkan sebuah tongkat salibnya ke badan para pasiennya. Uniknya, seketika pasien-pasien tersebut satu per satu jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Ketika pasien dalam keadaan tak sadarkan diri, Gassner memberikan sugesti kesembuhan kepada mereka dan ketika bangun dan sadar kembali, pasien-pasien tersebut benar-benar merasa telah sembuh.
Paling populer tentunya apa yang dilakukan oleh orang Austria bernama Franz Anton Mesmer (1734-1815), dengan ”animal magnetismnya”.
Proses penyembuhannya menggunakan suatu ritual melibatkan gerakan tangan tertentu yang dipercaya oleh pasien dapat membuka sumbatan cairan di tubuh yang dianggap sebagai penyebab seseorang menjadi sakit.
Kata “mesmerize” yang sering kita gunakan sehari-hari dalam bahasa Inggris atau dalam bahasa Indonesia diartikan “memesona” atau “ memikat” berasal dari nama beliau ini.
Pada tahun 1784, hal ini sampai membuat Raja Louis XVI membentuk komite khusus untuk menyelidiki apa yang sesungguhnya dilakukan Mesmer, yang belakangan ternyata diketahui bahwa kesembuhan yang dialami pasien adalah akibat dari efek sugesti, kepercayaan (belief system) dan imajinasi pasien tersebut.
Apa yang dilakukan oleh Gassner dan Mesmer menjadi cikal bakal berkembangnya keilmuan hipnosis dan hipnoterapi modern saat ini.
Lalu apa yang dapat kita petik dan nilai pembelajaran dari tulisan ini?
Pertama, setiap metode penyembuhan apapun, seharusnya dapat dijelaskan secara medis ilmiah. Jangan karena keterbatasan keilmuan dan pengetahuan kita, lalu kita dengan mudahnya menarik kesimpulan terlalu dini dengan mengkait-kaitkannya dengan “ilmu ghaib”, “mistis” dan “kesaktian” tertentu.
Percayalah, segala sesuatu dapat dijelaskan secara ilmiah. Bilamana “sesuatu hal” tampak begitu “luar biasa dan tidak dapat dijelaskan”, artinya bukan tidak dapat dijelaskan, tetapi kita belum memahami saja secara ilmiah dan rasional dibalik “kesaktian” tersebut.
Mari kita ambil contoh, metode pengobatan ala Gassner dan Mesmer tersebut pada awalnya tampak luar biasa dan terlihat sakti mandraguna. Namun setelah keilmuan dan pengetahuan di baliknya dapat dipahami, ternyata merupakan suatu hal yang ilmiah.
Kedua, “banyak jalan menuju Roma”, banyak jalan menuju kesembuhan sejati. Catat, saya menggunakan kata “sejati”. Sejati dalam arti kesembuhan yang dimaksud bukan hanya mengurangi atau menghilangkan gejala dari suatu penyakit saja seperti gejala nyeri, gejala lemas, bisa meluruskan tulang yang bengkok dan sejenisnya.
Penyembuhan sejati harus menyentuh “root cause” atau akar masalah/penyakit dari keluhan pasien tersebut.
Saya beri contoh, misalkan pasien dengan tangan bengkok yang ternyata disebabkan oleh suatu keganasan tulang sendi (kanker tulang sendi) ataupun tangan yang berubah bentuk/ “deformitas” ternyata disebabkan oleh suatu penyakit rematik autoimun serius, ataupun postur badan yang bongkok yang ternyata disebabkan oleh Spondilitis Tuberculosis (infeksi kuman TBC ke tulang belakang), tentunya tidak tepat bilamana dilakukan tindakan urut-mengurut, pijat memijat atau tarik menarik dengan metode yang dilakukan di atas, tanpa sungguh-sungguh memahami penyakit apa yang mendasari keluhan tersebut. Di medis, kami menyebutnya “underlying disease”.
Untuk mengenali “underlying disease” tersebut dan mengobati setiap penyakit, memerlukan analisis medis yang holistik dan komprehensif.
Hal ini membutuhkan pendidikan kedokteran yang panjang dan berkelanjutan, pengalaman yang benar, pengetahuan lapangan lainnya dan skill medis yang kuat.
Patut diingat, tidak ada satupun kasus penyakit yang sama persis pada setiap pasien.
Tidak tepat bila mengobati seseorang dengan bermacam-macam penyakit yang berbeda dengan “memukul rata” atau dengan cara yang sama.
Akhir kata, ijinkanlah saya mengutip kata-kata dari Sir Francis Bacon, “scientia potentia est“ atau "Knowledge is Power".
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menyinggung ataupun menyudutkan pihak tertentu, tetapi tulisan ini dibuat dengan tujuan menambah pengetahuan dan wawasan baru serta “mencerdaskan kehidupan bangsa”, yaitu menguatkan kualitas bekerjanya otak (rasionalitas) dan menjaga kemuliaan watak (moralitas dan integritas) sesuai apa yang diamatkan Undang-Undang Dasar 1945.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.