BERITA pada Februari 2022, mengabarkan pasien berusia 12 tahun mengalami kebutaan diduga karena malpraktik petugas puskesmas di Padang.
Bukan diberi obat mata, pasien justru diberi obat tetes telinga. Anak berusia 10 tahun itu tak berani keluar rumah.
Setelah diperiksa dokter spesialis mata, maka dinyatakan anak tersebut terancam buta di salah satu bola matanya.
Hal itu terjadi setelah mengeluhkan gatal pada matanya dan berobat di puskesmas tersebut. Kesalahan dalam pelayanan obat menjadi penyebabnya.
Bulan Agustus 2022, puskesmas di kabupaten Sumenep dilaporkan keluarga ke polres karena dugaan malpraktik yang menyebabkan kematian. Hal tersebut terjadi ketika seorang anak dibawa ke puskesmas proses khitan.
Saat itu peralatan puskesmas rusak, maka khitan secara manual oleh petugas medis dan dinyatakan tidak bermasalah. Namun setelah pulang kondisi anak yang berusia 9 tahun panas dan kejang-kejang.
Sang anak lalu dibawa ke rumah sakit, namun dalam penanganan tidak membuahkan hasil hingga meninggal. Dinyatakan oleh petugas rumah sakit bahwa penyebab kematian adalah mengalami tetanus karena luka.
Warga Bogor pada September 2022, mengeluhkan pelayanan puskesmas karena membatasi pasien dan tenaga kesehatan kerap terlambat datang.
Pasien mesti antre panjang, sementara petugas datang terlambat. Kemudian setelah jam 12.00, pelayanan ditutup. Jika kuota pelayanan habis pasien disuruh pulang.
Saat meminta rujukan juga dipersulit oleh petugas puskesmas. Warga meminta puskesmas meningkatkan pelayanan dan audit kinerjanya.
Terhadap tudingan pelayanan buruk, puskesmas menjawab tetap siap melayani masyarakat. Masalahnya tenaga medis terbatas tak seimbang dengan jumlah pasien yang banyak.
Awal Januari 2023, seorang warga kabupaten Pinrang mengeluhkan pelayanan puskesmas karena stok obat selalu habis.
Setiap berobat ke puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap selalu tidak tersedia obat dan harus dibeli di tempat lain karena alasan stok obat tidak ada.
Warga yang mengeluh mengatakan bahwa saat menjalani rawat inap semua harus bayar, padahal dia peserta BPJS Kesehatan.
Saat kontrol pascarawat inap sama saja obat harus ditebus. Warga mencurigai ada permainan antara petugas puskesmas dan apotek yang ada di wilayah tersebut. Pasalnya setiap stok obat dinyatakan habis, sementara di apotek selalu tersedia.