Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Balita dengan Berat Badan Kurang (Underweight) Naik 3 Tahun Terakhir

Kompas.com - 11/04/2023, 13:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dirilis Kementerian Kesehatan pada awal 2023 menunjukkan, terjadi peningkatan anak balita dengan berat badan kurang (underweight) sepanjang tiga tahun terakhir.

Merujuk laporan hasil SSGI 2022, sebanyak 16,3 persen anak balita yang mengalami underweight pada 2019, lalu angkanya naik menjadi 17 persen pada 2021, dan meningkat lagi menjadi 17,1 persen pada 2022.

Untuk diketahui, underweight atau berat badan kurang adalah kondisi saat berat badan anak berada di bawah rentang normal.

Kondisi ini bisa jadi indikator atau pertanda anak balita kekurangan zat gizi untuk mendukung tumbuh kembangnya.

Baca juga: Penyebab Stunting: Kekurangan Gizi Kronis pada Anak Jadi Faktor Utama

Waspadai berat badan kurang pada balita 3-4 tahun

Tren kenaikan kasus berat badan rendah pada balita yang naik selama tiga tahun terakhir ini disoroti sejumlah lembaga swadaya masyarakat.

Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) mengajak publik tidak mengesampingkan masalah underweight pada balita, terutama pada anak usia 3-4 tahun.

“Stunting menjadi isu nasional, fokus kampanye kebanyakan pemenuhan gizi di masa 1000 HPK (usia 0 - 2 tahun). Usia 3-4 tahun, dianggap anak sudah cukup gizi. Padahal justru di usia ini anak rentan mengalami gangguan gizi,” jelas Arif Hidayat, Ketua Harian YAICI, lewat siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (10/4/2023).

Menurut Arif, anak usia 3-4 tahun rawan mengalami gangguan gizi karena sudah kenal jajan, mulai mengerti iklan, dan sudah punya kemauan sendiri.

“Orangtua banyak yang menyerah dengan kemampuan anak, termasuk dalam hal pilihan makanan yang disukai dan tidak disukai anak,” jelas dia.

Baca juga: Pahami 3 Penyebab Anak Susah Makan dan Cara Mengatasinya

Lebih lanjut Arif mengemukakan, dari temuan YAICI saat melakukan pendampingan masyarakat di sejumlah daerah, beberapa orangtua memberikan kental manis sebagai penopang gizi anaknya.

Kebiasaan seperti ini membuat anak terbiasa mengonsumsi asupan manis dan tidak suka dengan menu bergizi lengkap dan seimbang.

“Anak-anak jadi tidak suka dengan menu komposisi ‘isi piringku’ yang disediakan ibu,” jelas dia.

Arif berharap, semua pihak tak hanya fokus pada pemenuhan gizi pada balita di bawah 2 tahun, tapi juga sampai anak berusia 5 tahun. Pasalnya, masalah gizi seperti underweight atau berat badan kurang dapat memengaruhi kecerdasan sampai daya tahan tubuh anak.

“Pemantaun tumbuh kembang balita ini dapat dilakukan dengan kerja sama yang baik dari Posyandu dengan PAUD atau TK,” ujar dia.

Baca juga: Anak Susah Makan Bikin Gizi Buruk, Atasi dengan 7 Cara Berikut

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com