Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anis Fuad
Dosen dan Peneliti

Anis peneliti dalam bidang informatika kesehatan populasi di Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kompetensi Telemedisin dalam Pendidikan Dokter

Kompas.com - 31/05/2023, 08:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TELEMEDISIN (telemedicine) telah berkembang pesat, terutama saat pandemi COVID-19. Saat itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengeluarkan regulasi yang mengatur kerja sama dengan 17 startup kesehatan untuk memberikan layanan telekonsultasi kepada masyarakat yang menjalani isolasi mandiri akibat terdiagnosis COVID-19.

Selain berkonsultasi, masyarakat juga dapat memperoleh layanan pengiriman obat. Diperkirakan terdapat 17,9 juta telekonsultasi yang telah dilakukan selama pandemi ini oleh perusahaan rintisan kesehatan (healthtech).

Baca juga: Pasien Covid-19 yang Isoman Dapat Akses Telemedisin dan Paket Obat Gratis, Ini Caranya

Ribuan dokter saat ini menjadi mitra penyedia layanan telemedisin, bahkan ada sejumlah dokter yang terjun sebagai technopreneur dan pengembang perusahaan rintisan di bidang kesehatan.

Dengan berkembangnya industri telemedisin, muncul pertanyaan apakah fakultas kedokteran perlu memberikan kompetensi telemedisin kepada mahasiswa kedokteran? Jika ya, sejauh mana pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi tersebut diberikan?

Di era digitalisasi yang semakin maju, keahlian dalam telemedisin menjadi semakin penting bagi calon dokter. Melalui pelayanan kesehatan jarak jauh, telemedisin juga berpotensi meningkatkan aksesibilitas, efisiensi, dan kualitas pelayanan kesehatan.

Karena itu, fakultas kedokteran perlu memperkenalkan dan mengembangkan kompetensi telemedisin dalam kurikulum pendidikan dokter. Rekomendasi WHO untuk peningkatan sistem kesehatan (health system strengthening) menunjukkan pentingnya telemedisin, baik dalam konsultasi antar fasilitas pelayanan kesehatan maupun layanan telemedisin langsung kepada masyarakat.

Berbagai publikasi juga telah mengulas uji klinis mengenai layanan telemedisin.

Sejumlah Kompetensi yang Perlu Dikembangkan

Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada beberapa kompetensi yang perlu diberikan kepada mahasiswa kedokteran saat ini, yang nantinya akan menjadi dokter di masa depan yang tidak terlepas dari ekosistem digital yang semakin matang.

Mahasiswa kedokteran perlu memahami konsep dasar telemedisin secara mendalam. Mereka perlu memahami pengertian dasar seperti telekesehatan, telemedisin antar fasilitas pelayanan kesehatan, telemedisin langsung kepada masyarakat (direct to consumer telemedicine), serta berbagai praktik telemedisin di bidang spesialisasi kedokteran seperti teleradiologi, teledermatologi.

Pengetahuan itu akan membantu mahasiswa memahami potensi, selain keterbatasannya, agar dapat menerapkannya dengan efektif dalam praktik kedokteran.

Keterampilan komunikasi dalam menjalankan praktik telemedisin juga menjadi hal penting yang perlu dikembangkan pada mahasiswa kedokteran. Dalam praktik telemedisin, komunikasi dilakukan secara virtual melalui berbagai media seperti teks, suara, atau video.

Karena itu, mahasiswa perlu belajar etika berkomunikasi secara daring dan menguasai keterampilan komunikasi yang efektif dalam situasi virtual. Mereka juga harus mampu menjalankan komunikasi yang empatik dan memahami permasalahan yang dihadapi pasien atau konsumen kesehatan secara virtual.

Aspek etika dalam telemedisin juga perlu ditekankan dalam menjalankan praktik telemedisin. Mahasiswa kedokteran harus memahami etika komunikasi daring serta batasan-batasan yang harus dijaga dalam memberikan pelayanan telekesehatan.

Mereka harus menghormati privasi dan kerahasiaan pasien serta menjaga integritas dan etika profesional dalam setiap interaksi virtual dengan pasien.

Selanjutnya, literasi teknologi juga menjadi kompetensi yang penting. Mahasiswa kedokteran perlu menguasai penggunaan alat bantu komunikasi daring seperti kecerdasan buatan (AI) dan sistem basis pengetahuan (medical knowledge based system) yang tersedia di berbagai layanan telemedisin.

Kemampuan ini akan memungkinkan mereka memanfaatkan teknologi dengan baik dalam memberikan pelayanan kesehatan jarak jauh dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan data yang ada.

Melihat kondisi Indonesia yang masih menghadapi tantangan distribusi dokter yang tidak merata, pengembangan kompetensi telemedisin pada mahasiswa kedokteran akan memberikan manfaat yang signifikan. Dengan adanya kompetensi ini, para calon dokter berpotensi membantu mengatasi kesenjangan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan meningkatkan kualitas pelayanan melalui telemedisin.

Baca juga: Layanan Telemedisin Dikeluhkan Lambat, Ini Respons Kemenkes

Kompetensi yang juga perlu ditumbuhkan adalah pengembangan jiwa technopreneurship kesehatan. Dengan masih luasnya ruang pengembangan telemedisin, memadukan inovasi telemedisin dalam konteks riset juga potensial. Dengan demikian, mahasiswa tertarik untuk mengembangkan riset serta evaluasi untuk mengkaji kelemahan dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas praktik telemedicine yang ada.

Perlu Aturan Rinci

Selain itu, penting juga untuk dicatat bahwa telemedisin dapat memfasilitasi telekonsultasi lintas negara. Hal ini menjadi relevan mengingat masih tingginya masyarakat Indonesia yang menggunakan layanan kesehatan di luar negeri.

Sayangnya, aturan rinci mengenai berbagai aspek telemedisin, termasuk untuk telekonsultasi lintas negeri belum tersedia. Upaya pemerintah yang sedang mengusulkan RUU Kesehatan memberi kesempatan pengaturan praktik telemedisin yang lebih luas untuk memberikan pelindungan, jaminan pelaksanaan (dalam konteks Jaminan Kesehatan Nasional), ragam praktik telemedisin, standar mutu, ekosistem penyelenggara layanan telemedisin sampai dengan ruang inovasi dan risetnya.

Dengan perkembangan pesat telemedisin dan tantangan distribusi dokter yang tidak merata di Indonesia, pentingnya kompetensi telemedisin dalam kurikulum pendidikan dokter menjadi suatu kebutuhan yang mendesak. Mahasiswa kedokteran perlu dilengkapi dengan pengetahuan, keterampilan, dan etika yang diperlukan untuk mempraktikkan telemedisin  secara efektif.

Inovasi pembelajaran terkait telemedisin dapat dilakukan oleh berbagai program pendidkan kedokteran yang selanjutnya dapat dievaluasi untuk direkomendasikan kepada kementerian terkait (Kesehatan dan Pendidikan).

Sebagai layanan jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi, penting bagi pemerintah dan instansi terkait untuk memastikan tersedianya infrastruktur komunikasi yang memadai secara merata untuk mendukung penerapan telemedisin di seluruh wilayah Indonesia.

Keandalan jaringan internet dan kecepatan akses menjadi faktor kunci dalam kesuksesan implementasi telemedisin. Semoga semangat pengembangan telemedisin tetap terjaga, tidak luntur oleh kasus korupsi pengadaan jaringan komunikasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika baru-baru ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau