Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transformasi Menu Makan Siang ala Shokuiku di Jepang dari Masa ke Masa

Kompas.com - 04/06/2023, 17:08 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

  • 1942

Pada era Perang Dunia II ini, Jepang mengalami krisis pangan. Kondisi ini berdampak pada menu makan siang anak sekolah di Jepang. Menu makan siang anak sekolah pada masa itu hanya berupa sup.

Hal itu dipengaruhi rusaknya sebagian fasilitas sekolah karena terdampak serangan bom atom dan banyak anak sekolah yang harus dievakuasi.

Baca juga: Kenali Apa itu Shokuiku, Edukasi Membentuk Pola Makan Sehat ala Jepang

  • 1945

Setelah Perang Dunia II, Jepang mendapatkan bantuan pangan dari pasukan sekutu dan organisasi non-profit asal AS berupa makanan kaleng seperti daging dan ikan, sayuran, susu skim bubuk, tepung terigu, serta kedelai.

Pemerintah Jepang lantas membuat program makan siang dengan bahan-bahan dari donor tersebut. Menunya berupa sup tomat atau miso dan susu skim.

Setelah Jepang dinyatakan merdeka penuh pada 1951, donasi susu dan gandum dari UNICEF dan AS berhenti.

Pada masa transisi tersebut, anak sekolah ada yang hanya mendapatkan susu; diberi bantuan makanan tambahan dengan atau tanpa susu; dan ada yang kebagian makan siang dengan menu komplit roti, ikan, sayur, dan susu.

  • 1955

Jepang mulai menerapkan regulasi untuk mengatur menu makan siang di sekolah. Awalnya, aturan hanya diberlakukan untuk murid SD.

Setelah direvisi pada 1956, regulasi juga mencakup semua sekolah negeri, termasuk sekolah menengah dan sekolah berkebutuhan khusus.

Regulasi itu secara garis besar mengatur agar program edukasi membangun kebiasaan makan yang baik dan benar, membangun pola makan sehat, sampai mengenal rantai produksi dan distribusi makanan yang dikonsumsi.

Mulai periode ini, anak diajari makan siang dengan tata krama seperti memberikan salam “itadaki-masu” dan “gochisou-sama” untuk memberikan penghargaan dan terima kasih atas jerih payah semua yang telah menyiapkan makanan.

Menu yang disajikan kala itu sudah cukup lengkap seperti nasi atau roti, sup, lauk berupa protein, buah, sayur, dan susu.

Pada 1975, Shokuiku telah diterapkan di sekitar 99 persen sekolah dasar. Hasilnya, anak-anak memiliki tinggi dan berat badan yang lebih ideal.

Baca juga: Kenali Strategi Program Shokuiku di Jepang untuk Melawan Hipertensi

  • 2006

Selang beberapa dekade sejak penerapan program makan siang, Jepang menghadapi gencarnya makanan cepat saji, makanan olahan, kebiasaan jajan di luar rumah, dan melewatkan sarapan.

Kondisi ini meningkatkan angka obesitas dan berat badan di atas normal, sindrom metabolik, di sisi lain banyak remaja putri dan wanita muda yang terlalu kurus karena takut gemuk.

Untuk mengatasi masalah ini, Jepang menerapkan undang-undang atau Basic Law of Shokuiku pada 2005. Aturan formal perdana Shokuiku ini mengatur edukasi makan sejak masa bayi, balita, sampai anak remaja. Golnya membentuk karakter dan pola makan sehat sejak dini.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau