KOMPAS.com - Teknologi pengobatan kanker di sejumlah rumah sakit Indonesia kini mulai menggunakan terapi sinar proton.
Kementerian Kesehatan atau Kemenkes mengembangkan layanan pengobatan kanker terapi sinar proton di di RS Kanker Dharmais, mulai Kamis (8/6/2023).
Aplikasi teknologi kesehatan terbaru ini menggandeng Medipolis Medical Research Institute – Medipolis Proton Therapy and Research Center Jepang.
Untuk mengenal lebih dekat ikhtiar untuk mengobati kanker ini, kenali apa itu terapi sinar proton sampai keunggulannya dibandingkan pengobatan lainnya.
Baca juga: Apakah Kanker Bisa Sembuh? Begini Penjelasan Dokter…
Terapi sinar proton adalah salah satu cara mengobati kanker dengan alat radioterapi dengan teknologi energi partikel proton.
Dinukil dari Jurnal Kesehatan dan Kesehatan Ebers Papyrus, jenis terapi radiasi yang digunakan di rumah sakit dan klinik pengobatan kanker selama ini jamak menggunakan terapi radiasi sinar X, sinar gamma, dan radiasi elektron.
Sejak 2000, teknologi pengobatan kanker dengan proton ini mulai lazim digunakan di beberapa negara.
Baca juga: Apakah Kanker Bisa Kembali Lagi?
Asal-usul terapi sinar proton untuk mengobati kanker kali pertama dicetuskan Robert R. Wilson pada 1946 silam.
Baru pada 1954, Universitas Berkeley di AS mulai mengujicobakan teknologi kedokteran ini, disusul beberapa negara maju.
Pada 1985, dibentuk kelompok kerja yang terdiri atas dokter, ahli fisika, dan insinyur untuk percepatan pemanfaatan teknologi ini.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.