Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/06/2023, 12:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Ada beberapa klasifikasi hipertensi yang digunakan untuk menentukan penyakit darah tinggi.

Terdapat klasifikasi yang dipakai Joint National Committee atau JNC High Blood Pressure, American Heart Association (AHA), atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Lantas, bagaimana dengan klasifikasi hipertensi yang digunakan acuan di Indonesia? Simak penjelasan ahli berikut.

Baca juga: Klasifikasi Hipertensi menurut JNC, AHA, dan WHO

Bagaimana klasifikasi hipertensi di Indonesia?

Menurut dr Erwinanto, Sp.JP(K), FIHA dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia menyebutkan, klasifikasi hipertensi di Indonesia mengacu pada klasifikasi hipertensi di Eropa.

“Rata-rata tekanan darah yang harus dicapai adalah kurang dari 130/80 mmHg tapi tidak lebih rendah dari 120/70 mmHg. Target tekanan darah normal antara 120-129/70-79 mmHg,” kata dr Erwinanto, dilansir dari laman Kemenkes (7/6/2023).

Angka pertama dari pengukuran tekanan darah menunjukkan sistolik atau tekanan di pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdetak.

Sedangkan angka kedua merujuk pada diastolik atau tekanan di pembuluh darah saat jantung beristirahat di sela-sela berdetak.

Berikut penjabaran klasifikasi hipertensi di Indonesia:

  • Tekanan darah optimal >120/<80 mmHg
  • Tekanan darah normal 120-129/80-84 mmHg
  • Tekanan darah normal cenderung tinggi 130-139/85-89 mmHg
  • Tekanan darah hipertensi grade 1 140-159 /90-99 mmHg
  • Tekanan darah hipertensi grade 2 160-179/100-109 mmHg
  • Tekanan darah hipertensi grade 3 >180/>110 mmHg
  • Tekanan darah hipertensi sistolik terisolasi >140/>90 mmHg

Untuk penentuan klasifikasi hipertensi pasiennya, dokter biasanya akan menggunakan hasil pengukuran tekanan darah selama beberapa waktu. Selain itu, dokter juga melihat ada tidaknya faktor risiko penyakit ini.??

Baca juga: Kenali Strategi Program Shokuiku di Jepang untuk Melawan Hipertensi

Baca juga: Kenapa Hipertensi Tidak Boleh Cabut Gigi?


Apa saja faktor penyebab hipertensi?

Ada beberapa faktor risiko yang bisa jadi penyebab hipertensi, antara lain:

  • Pola makan tidak sehat, biasanya pola makan tinggi garam, gula, dan lemak
  • Malas gerak atau aktivitas fisik kurang dari 15-20 menit per hari
  • Tidak rutin olahraga
  • Kebiasaan merokok
  • Kurang tidur
  • Stres berlebihan
  • Berat badan berlebih atau obesitas
  • Konsumsi asupan mengandung kafein berlebihan, seperti teh, kopi, cokelat, minuman berenergi
  • Usia di atas 65 tahun

Jika Anda termasuk kelompok berisiko terkena penyakit darah tinggi karena punya beberapa faktor risiko di atas, dan hasil pengukuran tekanan darah masuk dalam klasifikasi hipertensi cenderung tinggi atau grade tertentu, ada baiknya Anda berkonsultasi ke dokter.

Baca juga: 7 Cara Mengendalikan Tekanan Darah untuk Mencegah Hipertensi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com