Akibatnya, anak-anak tertutup terhadap orangtuanya untuk membicarakan seputar masalah seksualitas dan akhirnya dia mencari tahu sendiri.
"Itu bisa berbahaya. Kalau zaman dulu susah anak-anak untuk mencari tahu, tapi zaman sekarang gampangnya bukan main," tandasnya.
Tanpa bimbingan orangtua, anak-anak akan mudah terpapar konten seksual yang menyimpang dari usia dan normanya.
"Kita sebagai orangtua harus bisa membalikkan kondisi. Anak harus nyaman mengobrol dengan kita," tuturnya.
Baca juga: Kekerasan dan Pelecehan Seksual Picu Tekanan Darah Tinggi pada Wanita
Pendidikan seks juga dapat menjadi filter anak terhadap kekerasan atau penyimpangan seksual, termasuk pornografi.
Di era digital saat ini kekerasan dan penyimpangan seksual mudah disisipkan dalam berbagai konten, bahkan yang dilabeli "untuk anak".
"Saya rasa semua orang tua yang punya anak mungkin sudah dengar bahwa dari game-game kartun pun sudah masuk pengenalan (kekerasan atau penyimpangan seksual)," ucapnya.
Seketat apapun orangtua mengawasi anak dalam menggunakan gadget-nya, mereka sangat mudah terpapar kekerasan maupun penyimpangan seksual karena bentuknya bermacam-macam.
Ancaman itu lebih rentan lagi bagi anak yang tidak mendapatkan bekal pendidikan seks yang matang dari orangtuanya.
"Kartun-kartun itu tidak melulu yang vulgar yang tidak aman, tapi ada jalan cerita dan segala macam yang tidak aman buat anak-anak," tambahnya.
Baca juga: 3 Tanda-tanda Kekerasan Seksual pada Anak yang Perlu Diwaspadai