Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Kian Panas, Ini Suhu dan Kelembapan yang Bisa Ditoleransi Manusia

Kompas.com - 11/08/2023, 13:31 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

Sumber AFP

Peneliti lain dari Pennsylvania State University AS Daniel Vecellio memperkirakan, dengan kondisi perubahan iklim yang tengah terjadi, beberapa wilayah di bumi bakal mencapai wet bulb temperature yang berbahaya dalam waktu lima sampai tujuh tahun mendatang.

Baca juga: 12 Akibat Cuaca Panas pada Kesehatan dan Tip Mengatasinya

Kelompok yang paling berisiko dengan cuaca panas

Peneliti wet bulb temperature di kawasan Asia Selatan Joy Monteiro melalui risetnya di jurnal Nature mengungkapkan, sebagain besar gelombang panas yang mematikan di wilayah risetnya berada di bawah ambang batas suhu yang bisa ditoleransi manusia, alias di bawah 35 derajat Celsius.

Dari studi tersebut, fakta bahwa batas daya tahan tubuh manusia terhadap cuaca panas bisa sangat berbeda-beda bagi setiap orang menjadi lebih gamblang.

Dokter sekaligus penasehat kesehatan dari organisasi nirlaba Save the Children Ayesha Kadir menyebutkan, secara umum ada beberapa kelompok rentan terhadap cuaca panas.

“Anak-anak, kalangan lansia, dan orang yang intens beraktivitas di luar ruangan saat cuaca panas ekstrem adalah kelompok paling berisiko,” kata dia.

Menurut Kadir, tubuh anak-anak belum mampu mengatur perubahan suhu tubuh ekstrem laiknya orang dewasa sehat. Sedangkan kalangan lansia, jumla kelenjar keringatnya berkurang signifikan seiring bertambahnya usia.

“Hampir 90 persen kematian akibat cuaca panas di Eropa pada musim panas lalu terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Anak-anak kecil juga rentan karena kurang mampu mengatur suhu tubuhnya,” jelas Kadir.

Selain kelompok rentan di atas, orang yang punya kendala ekonomi, seperti tidak bisa mengakses air minum dan toilet, juga berisiko mengalami dehidrasi.

“Seperti dampak perubahan iklim lainnya, orang yang paling tidak mampu melindungi diri dari perubahan iklim ekstrem inilah yang paling jadi korban nantinya,” kata Raymond.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau