SAAT mendengar istilah 'asam urat', gambaran yang muncul di benak kita mungkin adalah adalah sensasi nyeri di sendi, terutama di jempol kaki. Namun, tahukah Anda bahwa istilah medis yang tepat untuk kondisi ini adalah 'pirai'?
Apa perbedaan antara asam urat dan Pirai?
Asam urat adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh tubuh. Ketika tubuh memecah zat bernama purin yang ditemukan dalam makanan tertentu, asam urat dihasilkan.
Dalam keadaan normal, asam urat larut dalam darah, disaring oleh ginjal, dan dikeluarkan melalui urine.
Namun, dalam kondisi tertentu, tubuh mungkin memproduksi terlalu banyak asam urat atau ginjal tidak mampu mengeluarkannya dengan cukup efisien.
Akibatnya, kadar asam urat dalam darah meningkat, dan kristal tajam dapat menumpuk di sendi, menyebabkan peradangan dan rasa sakit.
Inilah yang kita kenal dengan istilah 'pirai' atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan 'gout'.
Kenapa disebut 'Pirai'?
Sementara 'asam urat' lebih mengacu pada zat kimia dalam darah, 'pirai' merujuk pada penyakit akibat penumpukan kristal asam urat tersebut.
Istilah 'pirai' mungkin kurang dikenal karena banyak orang lebih familiar dengan istilah 'asam urat' untuk menggambarkan gejala yang mereka alami.
Namun, dengan memahami istilah yang tepat, kita dapat lebih memahami penyakit ini dan bagaimana cara mengatasinya.
Pirai dapat menyerang sendi manapun, namun yang paling sering adalah bagian jempol kaki. Pirai dapat dijumpai pada 1-2 persen populasi dewasa dan lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan wanita.
Serangan pirai seringkali dijumpai pertama kali pada sendi di jempol kaki yang dikenal dengan podagra.
Gejalanya ditandai adanya serangan mendadak, rasa nyeri hebat, serta dijumpai bengkak kemerahan dan rasa hangat pada daerah persendian.
Ketika gejala memburuk, kondisi ini disebut dengan ‘flare’ dan ketika gejala tidak dijumpai sama sekali, kondisi ini dinamakan dengan remisi.
Penyakit pirai atau gout artritis terdiri dari beberapa fase, yaitu:
1. Hiperurisemia tanpa gejala. Fase ini ditandai dengan kadar asam urat yang tinggi (>6,8mg/dl). Kondisi seperti ini dapat berlangsung kronis sebelum memasuki fase akut.
2. Fase akut. Pada fase akut, gejala khas yang dapat dijumpai, yaitu adanya bengkak kemerahan pada sendi jempol kaki. Serangan dapat muncul tiba-tiba dan sendi akan tampak kemerahan, hangat, bengkak serta nyeri.
3. Fase interkritikal. Fase ini merupakan periode yang ditandai dengan tidak adanya gejala pada di antara dua serangan pirai akut.
4. Fase pirai kronis. Fase ini dapat terjadi akibat serangan pirai akut yang tidak terobati secara tuntas. Fase ini ditandai dengan gejala inflamasi yang ringan serta dijumpainya kerusakan pada sendi.
Pada fase yang sangat kronis dapat dijumpai benjolan di bawah kulit yang tampak seperti kapur yang disebut dengan topus.
Pirai dapat ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, yaitu radiologis (x-ray) dan laboratorium.
Diagnosis dapat ditegakkan dan ditatalaksana oleh dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam dan ahli reumatologi.
Hal ini menjadi penting mengingat tanda dan gejala pirai tidak spesifik dan dapat dijumpai pada penyakit radang sendi lainnya.
Pirai dapat ditatalaksana secara efektif melalui berbagai strategi yang melibatkan kolaborasi dokter dan pasien. Beberapa strategi yang dapat dilakukan seperti:
1. Manajemen nyeri pada saat flare. Pengobatan untuk mengatasi nyeri pada saat flare terdiri dari penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) seperti ibuprofen, paracetamol serta obat anti inflamasi seperti kolkisin.
2. Mencegah flare berulang. Pencegahan flare berulang dapat dilakukan melalui modifikasi diet dan gaya hidup seperti menjaga berat badan yang ideal, mengurangi asupan alkohol, menghindari makanan yang kaya akan purin (daging merah dan jeroan) dan minuman yang kaya akan fruktosa serta meningkatkan asupan air minum > 2 liter.
3. Mencegah topus dan batu ginjal. Kondisi ini dapat terjadi akibat keadaan kadar asam urat yang tinggi pada darah. Topus terbentuk akibat kristal asam urat yang mengendap di bawah kulit.
Pengobatan berupa obat penurun asam urat seperti allopurionol dan febuxostat. Namun perlu diperhatikan, pengobatan menggunakan obat penurun asam urat harus dipantau secara ketat oleh dokter yang ahli di bidangnya. Mengingat obat ini memiliki efek samping terhadap ginjal sehingga perlu penyesuaian dosis.
Pengobatan serangan pirai akut difokuskan untuk meredakan inflamasi yang sedang terjadi dengan menggunakan kolikisin, obat antiinflamasi non steroid (OAINS), kortikosteroid oral atau bila dibutuhkan injeksi kortikosteroid.
Pada fase interkritikal dan kronis, pengobatan ditujukan untuk mencegah kambuhnya serangan akut, yaitu dengan pemberian obat penurun asam urat allopurinol.
Target terapi asam urat adalah kadar asam urat <6 mg/dl. Pada kondisi dijumpainya topus target asam urat harus lebih rendah, yaitu <5 mg/dl. Hal ini guna mencegah timbulnya komplikasi seperti munculnya topus, kerusakan sendi serta penyakit batu ginjal.
Penanganan yang cepat dan tepat dapat menghindari komplikasi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.