KOMPAS.com - Masalah tekanan darah kita umumnya berkembang seiring bertambahnya usia.
Mengutip Medical News Today, tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Dokter menghitung tekanan darah seseorang menggunakan dua pengukuran, yaitu sistolik dan diastolik.
Baca juga: Macam-macam Kelainan Kulit yang Umum pada Orang Lansia
Tekanan darah sistolik adalah tingkat kekuatan tertinggi di mana jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Sedangkan, tekanan darah diastolik adalah nilai lebih rendah yang mengukur tekanan di pembuluh darah di antara detak jantung.
Tekanan darah normal adalah nilai sistolik kurang dari 120 mmHg dan nilai diastolik kurang dari 80 mmHg. Itu dilaporkan sebagai 120/80 mmHg.
Seiring bertambahnya usia, ukuran itu bisa berubah-ubah.
Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang masalah tekanan darah yang umum dialami oleh orang lanjut usia.
Baca juga: 6 Manfaat Vitamin D untuk Lansia yang Sayang Dilewatkan
Dikutip dari National Institute on Aging (NIA), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah masalah kesehatan utama yang umum terjadi pada orang lanjut usia.
Jaringan pembuluh darah tubuh Anda, yang dikenal sebagai sistem vaskular, berubah seiring bertambahnya usia.
Arteri menjadi kaku, menyebabkan tekanan darah naik.
Hal ini juga mungkin berlaku pada orang tua yang merasa baik-baik saja.
Baca juga: Kenali dan Cegah Sarkopenia pada Lansia
Tekanan darah tinggi terkadang disebut sebagai “silent killer”, karena sering kali tidak menimbulkan tanda-tanda penyakit yang dapat Anda lihat atau rasakan.
Mengutip Verywell Health, orang lansia yang didiagnosis hipertensi sering kali mengalami hipertensi sistolik terisolasi.
Secara spesifik, tekanan darah sistoliknya meningkat, sedangkan tekanan darah diastolik cenderung turun.
Ini adalah jenis tekanan darah tinggi di mana hanya tekanan darah sistolik yang meningkat di atas 129 mmHg. Sedangkan, tekanan darah diastolik tetap di bawah 90 mmHg.
Baca juga: 2 Penyakit Ini Sering Bikin Jemaah Haji Lansia Dirawat di Tanah Suci
Hipotensi juga umum terjadi pada banyak orang lanjut usia, khususnya suatu bentuk yang disebut hipotensi ortostatik.
Itu membuat para lansia sering kali merasa pusing setiap kali bangkit dari kursi atau posisi berbaring.
Hipotensi ortostatik (alias hipotensi postural) membuat tekanan sistolik turun sebesar 20 dan tekanan diastolik turun sebesar 10 dalam waktu tiga menit setelah bangkit dari posisi duduk atau berbaring.
Hipotensi ortostatik umum terjadi pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas dan cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
Hal ini terkait dengan penyakit kardiovaskular, khususnya stenosis karotis (penyempitan arteri karotis di leher).
Baca juga: 5 Gejala Demensia pada Lansia dan Cara Mengatasinya
Selain itu, reseptor yang disebut baroreseptor (yang mengatur tekanan darah setiap kali seseorang mengubah posisi atau melakukan aktivitas fisik) menjadi kurang sensitif seiring bertambahnya usia.
Dalam kasus yang parah, hipotensi ortostatik dapat menyebabkan pingsan(sinkop) dan cedera akibat terjatuh.
Karena tingginya risko hipertensi atau hipotensi pada orang lanjut usia, mereka dianjurkan untuk memeriksakan tekanan darah secara teratur.
Dokter biasanya juga dapat membantu mereka merencanakan pola hidup sehat untuk para lansia.
Pedoman terbaru dari American College of Cardiology dan American Heart Association (ACC/AHA) merekomendasikan target tekanan darah di bawah 130/80 untuk orang dewasa berusia 65 tahun ke atas dengan penyakit jantung stabil.
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Hipertensi pada Lansia secara Alami dan Pakai Obat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.