Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

39 Persen Ibu di Jabodetabek Terkendala Memberikan ASI Eksklusif

Kompas.com - 20/03/2024, 13:00 WIB
Rini Agustin,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meskipun air susu ibu (ASI) memiliki manfaat begitu besar bagi bayi, tetapi hal ini tidak diikuti dengan tingginya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan.

Hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) kepada 1.301 responden di Jabodetabek menunjukkan, banyak ibu yang mengalami kesulitan dalam memberikan ASI secara eksklusif.

Hasilnya, sebanyak 61 persen atau 796 ibu memberikan ASI eksklusif dan 39 persen atau 505 ibu terkendala dalam memberikan ASI eksklusif.

Penyebabnya antara lain ASI tidak keluar selama lebih dari tiga hari setelah persalinan, ASI sedikit, puting lecet, ibu terpisah dari bayi karena alasan bekerja, serta ibu rumah tangga yang tidak mendapat dukungan selama menyusui, dan indikasi medis atau sakit.

Survei juga menunjukkan sebanyak 27 persen ibu berhenti menyusui sejak bayi berusia 1 bulan, dan 44 persen terhenti di usia 5 bulan, sisanya sebanyak 28,5 persen ASI eksklusif terhenti pada rentang usia 2-4 bulan.

Baca juga: Apakah ASI Eksklusif Harus 6 Bulan? Ini Penjelasannya...

Sekjend KOPMAS, Yuli Supriati mengatakan, pada saat pemberian ASI untuk bayi terhenti, maka ibu memberikan makanan atau susu pengganti ASI.

Dari 505 ibu yang terkendala memberikan ASI eksklusif, sebanyak 431 ibu memberikan susu formula untuk bayi, 37 ibu memberikan kental manis, 23 ibu memberikan UHT, 7 ibu memberikan air teh, air gula, air tajin dan sisanya sebanyak 7 Ibu memberikan susu murni untuk bayinya.

“Dari hasil survei ini patut kita perhatikan bahwa masih banyak yang keliru memberikan asupan untuk anaknya. Hal itu terlihat dari jenis susu yang diberikan seperti kental manis, UHT, dan juga susu murni,” jelas Yuli dalam acara temu media di Jakarta (19/3/2024).

Survei juga mengungkap, pada periode pemberian makanan pendamping ASI ada ibu yang menambahkan kental manis, susu UHT, atau pun air gula, ke dalam asupan anak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan merupakan perlindungan utama pada bayi dari infeksi saluran pencernaan. Kandungan yang terdapat pada ASI sangat diperlukan bagi tumbuh kembang bayi pada usia tersebut.

Baca juga: Tips Lancar Berpuasa bagi Ibu Menyusui

Dokter spesialis anak, Agnes Tri Harjaningrum yang turut hadir dalam acara yang sama menjelaskan mengenai asupan yang baik untuk anak, khususnya bayi dibawah 1 tahun.

“Untuk bayi umur 0 sampai 6 bulan, kalau bukan ASI ya susu formula untuk bayi. Kalau susu formula memang sudah diatur dalam undang-undang dan diperbolehkan,” tegasnya.

Ia mengatakan, ASI adalah satu-satunya asupan yang dapat diberikan untuk bayi dari usia 0 hingga 6 bulan. Namun demikian, terdapat beberapa situasi yang membuat ibu terkendala memberikan ASI eksklusif untuk anak sehingga ibu harus memberikan pengganti ASI berupa susu formula.

“Jangan sampai kita memaksakan ASI eksklusif, sementara memang situasinya tidak memungkinkan. Ini justru berbahaya bagi anak, yang harus diperhatikan adalah memastikan kebutuhan nutrisi bayi dan anak terpenuhi,” jelasnya.

Menurutnya susu murni, susu UHT atau kental manis, bukanlah pengganti ASI yang tepat.

“Dalam UHT ada penambahan rasa dan gula, ini sangat tidak direkomendasikan untuk bayi 0-6 bulan dimana organ pencernaan masih tumbuh dan berkembang. Sementara untuk susu murni, ada resiko tercemar bakteri atau tidak higienis,” ujarnya.

Baca juga: ASI Berkualitas untuk Turunkan Angka Stunting

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau