KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi (hipertensi) tidak hanya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Melansir Medical Daily pada Kamis (18/4/2024), penelitian terbaru telah mengidentifikasi risiko lain dari hipertensi pada wanita, yaitu fibroid uterus.
Mengutip Cleveland Clinic, fiborid uterus adalah kondisi medis di mana tumbuh otot dan jaringan di dalam atau di dinding rahim.
Baca juga: Kenali Apa Itu Fibroid Rahim, Penyebab, dan Gejalanya
Fibroid uterus yang disebut juga sebagai fibroid rahim atau mioma uteri merupakan bentuk tumor non-kanker yang paling umum terjadi pada wanita.
Wanita dengan tekanan darah tinggi yang tidak diobati dan baru timbul memiliki risiko lebih tinggi terkena fibroid di dinding rahim.
Namun, dengan menjalani pengobatan hipertensi dapat membantu menurunkan risiko fibroid uterus, menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan di Jama Network dan dikutip dari Medical Daily.
Baca juga: Nyeri Haid Sangat Sakit dan Aliran Darah Deras, Awas Fibroid Rahim
Temuan ini didasarkan pada data kesehatan 2.570 peserta, berusia antara 42 hingga 52 tahun, yang merupakan bagian dari Study of Women's Health Across the Nation.
Para peserta tidak memiliki riwayat fibroid apa pun sebelumnya ketika mereka didaftarkan antara tahun 1996 dan 1997.
Mereka kemudian ditindaklanjuti melalui 13 kunjungan tindak lanjut semi-tahunan yang diadakan antara tahun 1998 dan 2013.
Selama kunjungan tersebut, dicatat tekanan darah dan biomarker peserta, termasuk koletserol, trigliserida, dan protein C-reaktif. Mereka juga ditanya apakah sedang mengonsumsi obat untuk hipertensi.
Baca juga: Manfaat Buah Bluberi untuk Mengatasi Tekanan Darah Tinggi
Dalam penelitian tersebut, 20 persen peserta melaporkan diagnosis fibroid uterus.
Para peneliti mencatat bahwa peserta dengan tekanan darah tinggi yang tidak diobati memiliki risiko 19 persen lebih tinggi terkena fibroid dibandingkan mereka yang tidak menderita hipertensi.
Pada saat yang sama, peserta dengan hipertensi yang diobati mengalami penurunan risiko terkena fiborid sebesar 20 persen.
Di antara mereka yang menderita hipertensi, peserta yang menjalani pengobatan mengalami penurunan risiko diagnosis fibroid sebesar 37 persen dibandingkan dengan mereka yang tidak mencari pengobatan.
Selain itu, individu yang menggunakan ACE inhibitor mengalami penurunan risiko pengembangan fibroid sebesar 48 persen.
Baca juga: 5 Sayuran Terbaik untuk Mengatasi Tekanan Darah Tinggi
"Peserta dengan hipertensi yang baru dan tidak diobati memiliki peningkatan risiko terkena fibroid yang baru terdiagnosis, sedangkan mereka yang menggunakan pengobatan antihipertensi memiliki risiko lebih rendah, menunjukkan bahwa pengendalian tekanan darah dapat memberikan strategi baru untuk pencegahan fibroid," kata para peneliti.
Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan tertentu. Salah satunya adalah para peneliti mengandalkan diagnosis fibroid yang dilaporkan sendiri, yang berarti bahwa fibroid tanpa gejala mungkin terlewatkan.
Para peneliti mengingatkan bahwa penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme dan hubungan ini.
"Jika hubungan tersebut bersifat sebab akibat, penggunaan obat antihipertensi diindikasikan dapat memberikan peluang untuk mencegah perkembangan fibroid yang terlihat secara klinis pada tahap kehidupan berisiko tinggi ini," tambah para peneliti.
Baca juga: Buah Apa yang Bisa Menurunkan Tekanan Darah Tinggi? Ini Pilihannya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.