Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 22/08/2022, 16:01 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. I Putu Agus Suarta, Sp.OG(K)Onk
Divalidasi oleh:
dr. I Putu Agus Suarta, Sp.OG(K)Onk

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Surabaya. www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Tumor merupakan benjolan jaringan abnormal yang dapat tumbuh pada bagian tubuh mana saja, termasuk pada rahim (uterus).

Dalam istilah medis kondisi ini disebut mioma uteri atau juga dikenal sebagai fibroid rahim, yaitu pertumbuhan massa yang bersifat jinak di dalam atau di luar rahim.

Mioma terbentuk dari sel otot polos rahim dan jaringan ikat fibrosa dengan ukuran, bentuk, dan lokasi tumor yang bervariasi.

Baca juga: Apa Beda Miom dan Kista Ovarium? Keduanya Kerap Punya Gejala Mirip

Mioma dapat tumbuh di bagian dalam rahim, di dalam dinding otot rahim, atau permukaan luar rahim.

Kondisi ini dapat menyerang wanita pada usia berapa pun, tetapi lebih sering muncul pada usia subur yakni sekitar 30 hingga 40 tahun.

Mioma uteri atau fibroid rahim tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker rahim, bahkan kondisi ini hampir tidak pernah berkembang menjadi kanker.

Pada kasus yang parah, mioma dapat tumbuh lebih dari satu dan dapat memperbesar ukuran rahim.

Mioma yang tumbuh lebih dari satu juga dapat memperbesar ukuran rahim hingga mencapai tulang rusuk dan menambah berat badan.

Mioma uteri merupakan kondisi yang kerap tidak disadari karena tidak menimbulkan gejala. Namun ketika tumor membesar, penderita mungkin mengalami nyeri perut hebat.

Jenis

Dikutip dari UCLA Health, berikut beberapa jenis mioma uteri yang diklasifikasikan berdasar lokasi tumbuhnya tumor:

  1. Subserosal fibroids
    Merupakan jenis mioma yang paling sering terjadi dan tumbuh menonjol di bagian luar rahim (uterus)
  2. Pedunculated fibroids
    Mioma yang tumbuh besar dan bertangkai yang menempel pada permukaan rahim
  3. Intramural fibroids
    Merupakan jenis mioma atau fibroid rahim yang tumbuh pada otot dinding rahim
  4. Submucosal fibroids
    Merupakan jenis mioma yang tumbuh di lapisan rongga rahim sehingga muncul benjolan ke dalam rongga rahim.

Baca juga: Operasi Miom: Jenis, Manfaat, sampai Risikonya

Gejala

Melansir Healthline, jumlah, lokasi, dan ukuran tumor akan memengaruhi gejala yang muncul. Beberapa gejala mioma uteri adalah:

  • Perdarahan hebat pada periode menstruasi
  • Nyeri pada panggul atau punggung bawah
  • Nyeri saat menstruasi
  • Sering buang air kecil
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Durasi menstruasi berlangsung lebih lama dari biasanya
  • Perut terasa penuh atau terasa seperti ditekan
  • Perut tampak membesar atau mengalami pembengkakan.

Apabila tumor berukuran sangat kecil atau penderita telah mengalami masa menopause maka mioma uteri tidak menimbulkan gejala.

Hal ini disebabkan mioma atau fibroid rahim akan menyusut pada masa menopause akibat kadar estrogen dan progesteron yang menurun secara signifikan.

Estrogen dan progesteron merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan fibroid rahim.

Penyebab

Dirangkum dari situs Mayo Clinic dan Healthline, penyebab mioma uteri masih belum diketahui secara pasti.

Namun, beberapa kondisi berikut diduga berpengaruh terhadap munculnya mioma uteri atau fibroid rahim:

Baca juga: 8 Gejala Miom dan Penyebabnya

  • Perubahan genetik
    Cukup banyak kasus mioma uteri atau fibroid rahim yang disebabkan oleh mutasi gen.
  • Keturunan
    Seseorang yang memiliki ibu, nenek, atau saudara perempuan dengan riwayat mioma, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa
  • Kadar hormon
    Estrogen dan progesteron merupakan dua hormon yang merangsang perkembangan atau regenerasi lapisan dinding rahim setiap siklus menstruasi.

    Regenerasi lapisan dinding rahim tersebut terjadi untuk mempersiapkan kehamilan. Namun, kondisi ini dapat memicu tumbuhnya mioma pada dinding rahim.

    Pada masa menopause pun, mioma cenderung menyusut akibat produksi hormon estrogen dan progesteron mengalami penurunan secara signifikan.

  • Faktor pertumbuhan lain dalam tubuh
    Zat yang membantu tubuh menjaga jaringan, seperti insulin-like growth factor, dapat memicu pertumbuhan mioma atau fibroid rahim.
  • Kehamilan
    Pada masa kehamilan, terjadi peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron hingga menjelang persalinan. Kondisi ini dapat memicu mioma.

Faktor risiko

Merangkum Office on Women's Health dan WebMD, beberapa kondisi berikut meningkatkan risiko seorang wanita terkena mioma uteri:

  1. Usia
    Mioma uteri atau fibroid rahim cenderung lebih sering terjadi pada wanita berusia 30 hingga 40 tahun
  2. Mengalami menstruasi terlalu dini atau lebih cepat dari anak perempuan pada umumnya
  3. Penggunaan alat kontrasepsi
  4. Mengalami obesitas
    Wanita yang memiliki berat badan berlebih, dua kali lebih berisiko mengalami mioma uteri
  5. Kekurangan vitamin D
  6. Mengonsumsi daging merah secara berlebihan
  7. Jarang mengonsumsi sayur, buah, dan produk susu
  8. Memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol
  9. Riwayat keluarga
    Seorang wanita dengan anggota keluarga perempuan, seperti ibu, nenek, atau saudara perempuan yang memiliki riwayat mioma uteri berisiko terkena mioma.

Baca juga: Apakah Miom Berbahaya?

Diagnosis

Dikutip dari situs UCLA Health, mioma uteri kerap ditemukan saat melakukan pemeriksaan fisik.

Dokter mungkin merasakan adanya benjolan keras dan tidak beraturan, yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit saat memeriksa area perut atau panggul.

Guna memastikan diagnosis apakah benjolan tersebut termasuk mioma uteri, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

  • Ultrasonografi (USG)

Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk mendeteksi keberadaan, lokasi, ukuran, dan jumlah fibroid rahim.

  • MRI

Tes pencitraan ini menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar organ dalam tubuh.

Melalui tes MRI dokter dapat mengetahui ukuran, jumlah, dan lokasi fibroid rahim, serta mendeteksi jenis tumor dan menentukan pilihan pengobatan yang tepat.

  • Histerosalpingografi (HSG)

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang sulit hamil. Dokter menggunakan tes ini untuk memeriksa rongga rahim dan tuba falopi melalui sinar-X.

  • Histerosonografi

Dokter akan menggunakan cairan khusus untuk memperjelas gambaran bagian dalam rahim sehingga memudahkan dokter mendeteksi keberadaan mioma uteri.

Baca juga: 4 Perbedaan Kista dan Miom pada Wanita

  • Laparoskopi

Dokter akan membuat sayatan kecil di area pusar untuk memasukkan alat khusus yang disebut laparoskop.

Alat tersebut dilengkapi dengan lampu dan kamera yang dapat membantu dokter melihat kondisi rahim dan mendeteksi keberadaan mioma pada rahim.

  • Histeroskopi

Apabila pasien diduga memiliki kelainan di dalam rahim maka dokter akan melakukan pemeriksaan histeroskopi.

Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan alat yang disebut histeroskop melalui vagina hingga mencapai rahim.

Melalui histeroskopi, dokter dapat mengevaluasi dinding rahim dan mendeteksi keberadaan fibroid rahim.

Perawatan

Melansir New York State Department of Health, penanganan mioma uteri akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit.

Terdapat beberapa metode penanganan mioma uteri, antara lain:

Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk mengatasi mioma uteri, meliputi:

Baca juga: Mengenal Pap Smear, Pemeriksaan Penting untuk Deteksi Kanker Rahim

  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), untuk meredakan nyeri
  • Suplemen zat besi, untuk mencegah dan mengatasi anemia akibat perdarahan hebat saat menstruasi
  • Obat-obatan hormonal yang dapat mengatasi perdarahan berlebih saat menstruasi dan membantu mengecilkan ukuran mioma uteri, seperti:
    1. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist, mengurangi produksi hormon estrogen untuk mengecilkan ukuran mioma
    2. Pil kombinasi, mengandung progesteron dan estrogen
    3. Pil mini, mengandung hormon progesteron
    4. IUD (Intrauterine device) atau KB spiral, merupakan alat KB dalam rahim yang mengandung progesteron.

Prosedur nonbedah

Embolisasi mioma uterina atau embolisasi arteri uterina merupakan tindakan pengobatan mioma dengan invasif minimal atau tanpa pembedahan.

Prosedur ini bertujuan untuk menghambat arteri yang menyuplai darah ke mioma sehingga fibroid rahim akan menyusut.

Seorang wanita dengan kondisi-kondisi berikut akan dianjurkan untuk melakukan embolisasi arteri uterina:

  1. Mengalami gejala perdarahan hebat dan anemia saat menstruasi akibat mioma atau fibroid rahim
  2. Mengalami nyeri panggul atau rasa tertekan pada panggul akibat keberadaan mioma
  3. Fibroid rahim menyebabkan pasien sering buang air kecil
  4. Tidak ingin menjalani operasi, seperti histerektomi
  5. Ingin mempertahankan rahim.

Baca juga: Polip Rahim

Prosedur bedah

Prosedur bedah atau operasi dilakukan untuk mengangkat mioma uteri. Metode pembedahan akan disesuaikan dengan ukuran, lokasi, dan jumlah mioma.

Terdapat tiga metode bedah yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Miomektomi

Miomektomi merupakan prosedur untuk mengangkat fibroid rahim tanpa mengeluarkan rahim. Beberapa bentuk miomektomi, meliputi:

  1. Laparoskopi
    menggunakan laparoskop ke dalam sayatan kecil di bawah perut untuk memecah fibroid menjadi ukuran yang lebih kecil
  2. Histeroskopi miomektomi
    Dokter akan memasukkan alat yang disebut histeroskop melalui vagina atau leher rahim untuk menghancurkan jaringan mioma
  3. Laparotomi
    Merupakan tindakan operasi besar yang dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian bawah perut untuk mengangkat mioma yang berukuran besar
  • Ablasi Endometrium
    Merupakan prosedur pengangkatan jaringan yang melapisi rahim (endometrium) untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan menstruasi yang sangat berat.
    Prosedur ini dapat dilakukan dengan menggunakan sinar laser, hidrotermal, pembekuan, atau dengan operasi listrik.
  • Histerektomi
    Merupakan prosedur pembedahan untuk menghilangkan mioma melalui pengangkatan rahim (uterus). Setelah menjalani prosedur ini, pasien akan mengalami infertilitas atau kemandulan yang menyebabkan mereka tidak dapat hamil lagi.

Baca juga: Kanker Rahim

Komplikasi

Merangkum UCLA Health dan Mayo Clinic, mioma uteri dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Anemia akibat perdarahan hebat
  • Infertilitas atau kemandulan
  • Keguguran
  • Solusio plasenta, yakni lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum janin lahir
  • Melahirkan secara prematur
  • Mioma berukuran besar dapat menekan kandung kemih yang menyebabkan kerusakan ginjal secara permanen akibat urine tertahan di dalam tubuh.

Pencegahan

Menurut Mayo Clinic, dikarenakan penyebab mioma uteri masih belum diketahui secara pasti maka tidak ada tindakan yang sepenuhnya dapat mencegah kondisi ini.

Namun, beberapa tindakan berikut diduga dapat membantu mengurangi risiko mengalami mioma uteri:

  1. Menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan tetap ideal dan sehat, serta rutin mengonsumsi buah dan sayur
  2. Menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, pil mini, KB spiral (IUD), dan suntik KB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com