Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Surabaya. www.mayapadahospital.com
KOMPAS.com - Tumor merupakan benjolan jaringan abnormal yang dapat tumbuh pada bagian tubuh mana saja, termasuk pada rahim (uterus).
Dalam istilah medis kondisi ini disebut mioma uteri atau juga dikenal sebagai fibroid rahim, yaitu pertumbuhan massa yang bersifat jinak di dalam atau di luar rahim.
Mioma terbentuk dari sel otot polos rahim dan jaringan ikat fibrosa dengan ukuran, bentuk, dan lokasi tumor yang bervariasi.
Baca juga: Apa Beda Miom dan Kista Ovarium? Keduanya Kerap Punya Gejala Mirip
Mioma dapat tumbuh di bagian dalam rahim, di dalam dinding otot rahim, atau permukaan luar rahim.
Kondisi ini dapat menyerang wanita pada usia berapa pun, tetapi lebih sering muncul pada usia subur yakni sekitar 30 hingga 40 tahun.
Mioma uteri atau fibroid rahim tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker rahim, bahkan kondisi ini hampir tidak pernah berkembang menjadi kanker.
Pada kasus yang parah, mioma dapat tumbuh lebih dari satu dan dapat memperbesar ukuran rahim.
Mioma yang tumbuh lebih dari satu juga dapat memperbesar ukuran rahim hingga mencapai tulang rusuk dan menambah berat badan.
Mioma uteri merupakan kondisi yang kerap tidak disadari karena tidak menimbulkan gejala. Namun ketika tumor membesar, penderita mungkin mengalami nyeri perut hebat.
Dikutip dari UCLA Health, berikut beberapa jenis mioma uteri yang diklasifikasikan berdasar lokasi tumbuhnya tumor:
Baca juga: Operasi Miom: Jenis, Manfaat, sampai Risikonya
Melansir Healthline, jumlah, lokasi, dan ukuran tumor akan memengaruhi gejala yang muncul. Beberapa gejala mioma uteri adalah:
Apabila tumor berukuran sangat kecil atau penderita telah mengalami masa menopause maka mioma uteri tidak menimbulkan gejala.
Hal ini disebabkan mioma atau fibroid rahim akan menyusut pada masa menopause akibat kadar estrogen dan progesteron yang menurun secara signifikan.
Estrogen dan progesteron merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan fibroid rahim.
Dirangkum dari situs Mayo Clinic dan Healthline, penyebab mioma uteri masih belum diketahui secara pasti.
Namun, beberapa kondisi berikut diduga berpengaruh terhadap munculnya mioma uteri atau fibroid rahim:
Baca juga: 8 Gejala Miom dan Penyebabnya
Regenerasi lapisan dinding rahim tersebut terjadi untuk mempersiapkan kehamilan. Namun, kondisi ini dapat memicu tumbuhnya mioma pada dinding rahim.
Pada masa menopause pun, mioma cenderung menyusut akibat produksi hormon estrogen dan progesteron mengalami penurunan secara signifikan.
Merangkum Office on Women's Health dan WebMD, beberapa kondisi berikut meningkatkan risiko seorang wanita terkena mioma uteri:
Baca juga: Apakah Miom Berbahaya?
Dikutip dari situs UCLA Health, mioma uteri kerap ditemukan saat melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter mungkin merasakan adanya benjolan keras dan tidak beraturan, yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit saat memeriksa area perut atau panggul.
Guna memastikan diagnosis apakah benjolan tersebut termasuk mioma uteri, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk mendeteksi keberadaan, lokasi, ukuran, dan jumlah fibroid rahim.
Tes pencitraan ini menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar organ dalam tubuh.
Melalui tes MRI dokter dapat mengetahui ukuran, jumlah, dan lokasi fibroid rahim, serta mendeteksi jenis tumor dan menentukan pilihan pengobatan yang tepat.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang sulit hamil. Dokter menggunakan tes ini untuk memeriksa rongga rahim dan tuba falopi melalui sinar-X.
Dokter akan menggunakan cairan khusus untuk memperjelas gambaran bagian dalam rahim sehingga memudahkan dokter mendeteksi keberadaan mioma uteri.
Baca juga: 4 Perbedaan Kista dan Miom pada Wanita
Dokter akan membuat sayatan kecil di area pusar untuk memasukkan alat khusus yang disebut laparoskop.
Alat tersebut dilengkapi dengan lampu dan kamera yang dapat membantu dokter melihat kondisi rahim dan mendeteksi keberadaan mioma pada rahim.
Apabila pasien diduga memiliki kelainan di dalam rahim maka dokter akan melakukan pemeriksaan histeroskopi.
Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan alat yang disebut histeroskop melalui vagina hingga mencapai rahim.
Melalui histeroskopi, dokter dapat mengevaluasi dinding rahim dan mendeteksi keberadaan fibroid rahim.
Melansir New York State Department of Health, penanganan mioma uteri akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit.
Terdapat beberapa metode penanganan mioma uteri, antara lain:
Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk mengatasi mioma uteri, meliputi:
Baca juga: Mengenal Pap Smear, Pemeriksaan Penting untuk Deteksi Kanker Rahim
Embolisasi mioma uterina atau embolisasi arteri uterina merupakan tindakan pengobatan mioma dengan invasif minimal atau tanpa pembedahan.
Prosedur ini bertujuan untuk menghambat arteri yang menyuplai darah ke mioma sehingga fibroid rahim akan menyusut.
Seorang wanita dengan kondisi-kondisi berikut akan dianjurkan untuk melakukan embolisasi arteri uterina:
Baca juga: Polip Rahim
Prosedur bedah atau operasi dilakukan untuk mengangkat mioma uteri. Metode pembedahan akan disesuaikan dengan ukuran, lokasi, dan jumlah mioma.
Terdapat tiga metode bedah yang dapat dilakukan, antara lain:
Miomektomi merupakan prosedur untuk mengangkat fibroid rahim tanpa mengeluarkan rahim. Beberapa bentuk miomektomi, meliputi:
Baca juga: Kanker Rahim
Merangkum UCLA Health dan Mayo Clinic, mioma uteri dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Menurut Mayo Clinic, dikarenakan penyebab mioma uteri masih belum diketahui secara pasti maka tidak ada tindakan yang sepenuhnya dapat mencegah kondisi ini.
Namun, beberapa tindakan berikut diduga dapat membantu mengurangi risiko mengalami mioma uteri:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.