Maksudnya, referensi yang digunakan dalam memutuskan cara, jumlah, serta jenis makanan apa yang dikonsumsi sebaiknya didasarkan pada alasan-alasan rasional, terutama sains (ilmu pengetahuan) yang berbasis bukti ilmiah.
Hindari semua referensi berbasis testimoni atau pengalaman seseorang yang tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmiah.
Meskipun seseorang tersebut adalah kaum selebritas, para pemengaruh (influencer) media sosial dengan jutaan pengikut, follower, subscriber, serta tokoh masyarakat tertentu.
Selama tidak ada bukti ilmiah, maka pernyataan atau pengalaman mereka hanyalah sebatas knowledge yang tidak harus diikuti.
Menjadi rasional dengan basis sains yang tepat membuat kita akan tetap menjadi konsumen cerdas, terbebas dari belenggu beragam mitos yang terus berseliweran di sekitar kita.
Informasi tidak lengkap juga sering menjadi “pembenaran” terhadap mitos-mitos yang masih ada. Contoh populernya adalah “orang dengan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 sebaiknya tidak mengonsumsi buah”.
Sophie Egan, seorang penulis buku “How to Be a Conscious Eater: Making Food Choices That Are Good for You, Others, and the Planet” menyebutkan, mitos ini muncul dari kesalahan penggabungan antara jus buah, yang dapat meningkatkan kadar gula darah karena kandungan gulanya yang tinggi dan seratnya rendah, dengan buah utuh.
Penelitian menunjukkan bahwa anggapan tersebut tidak benar. Beberapa studi menemukan orang yang mengonsumsi satu porsi buah utuh per hari, terutama blueberry, anggur, dan apel, memiliki risiko lebih rendah untuk perkembangan DM tipe 2.
Hasil riset lain juga menunjukkan bahwa bagi penderita DM tipe 2, mengonsumsi buah utuh dapat membantu mengontrol kadar gula darah.
Dr. Linda Shiue, seorang internis dan direktur kedokteran kuliner serta gaya hidup di Kaiser Permanente San Francisco, mengatakan “sudah saatnya menghapus mitos ini”.
Ia menambahkan bahwa semua orang, termasuk penderita DM tipe 2, bisa mendapatkan manfaat dari nutrisi yang meningkatkan kesehatan dalam buah seperti serat, vitamin, mineral, dan antioksidan.
Tentu konsumsi tetap dalam jumlah yang tidak berlebihan, karena sensitivitas tiap individu berbeda-beda.
Mitos terkenal berikutnya, yaitu “Protein dalam makanan nabati tidak lengkap”. Menurut Christopher Gardner, seorang ilmuwan nutrisi dan profesor kedokteran di Universitas Stanford, pertanyaan pertama kepada seorang vegetarian umumnya adalah "dari mana Anda mendapatkan protein?'
Dr. Gardner menjelaskan, "mitosnya adalah bahwa tanaman sama sekali tidak memiliki beberapa asam amino," yang juga dikenal sebagai bahan penyusun protein.
Namun pada kenyataannya, semua makanan nabati mengandung semua 20 asam amino, termasuk semua sembilan asam amino esensial.