Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Dokter Tentang Penyebab Henti Jantung pada Atlet Muda

Kompas.com - 03/07/2024, 10:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Henti jantung mendadak (cardiac arrest) sering kali menjadi penyebab utama kematian atlet muda.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Dr. Bobby Arfhan Anwar SpJP(K) mengatakan bahwa ada dua penyebab henti jantung mendadak yang paling sering dialami oleh atlet muda.

"Pertama, gangguan irama jantung yang tidak diketahui sebelumnya, dan yang kedua, penebalan dinding otot jantung ekstrem yang disebut dengan hypertrophic cardiomyopathy," kata Bobby yang dikutip Kompas.com dari ulasan video yang diunggahnya di Instagram pada Selasa (2/7/2024).

Baca juga: Kenali Henti Jantung yang Akibatkan Pebulu Tangkis China Meninggal

Menurut keterangannya, dua keadaan tersebut umum disebabkan oleh faktor genetik atau bawaan seseorang sejak lahir.

Saat olahraga, khususnya olahraga kompetitif, frekuensi denyut jantung akan meningkat bisa sampai ke frekuensi denyut jantung maksimal.

"Keadaan ini dapat memicu episode gangguan irama jantung berat, takikardia ventrikular, yang menyebabkan henti jantung mendadak," ujarnya.

Baca juga: 4 Komplikasi Henti Jantung Beserta Gejalanya yang Harus Diwaspadai

Mengutip Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK), denyut jantung maksimal adalah kemampuan maksimal yang dapat ditoleransi jantung Anda tanpa adanya gejala berbahaya.

Denyut jantung maksimal didapatkan dari rumus 220 dikurangi usia Anda. Misalnya, pada orang berusia 17 tahun, maka denyut jantung maksimalnya adalah 203 kali per menit.

Saat berolahraga, usahakan untuk mencapai target detak jantung yang optimal, yaitu 50-85 persen dari denyut jantung maksimal Anda.

Dengan demikian, target detak jantung optimal seseorang dengan usia 17 tahun saat berolahraga adalah 50-85 persen dari 203, yaitu 101,5-172,55 kali per menit.

Baca juga: Tanda-tanda Peringatan Henti Jantung Berdasarkan Jenis Kelamin

Risiko henti jantung mendadak pada atlet muda

Dikutip dari UC Health, henti jantung mendadak di kalangan atlet muda berdampak fatal, meski kemungkinannya tergolong rendah.

Seorang ahli bedah jantung di UC Health University of Colorado Hospital Dr. Muhammad Aftab mengatakan, kira-kira satu dari 50.000 hingga satu dari 80.000 atlet muda akan meninggal setiap tahun akibat henti jantung mendadak.

Namun, henti jantung mendadak tetap merupakan penyebab utama kematian terkait olahraga pada atlet muda yang kompetitif, yang presentasi kematiannya mencapai 75 persen selama olahraga atau latihan.

Risiko tersebut jauh lebih rendah daripada peluang satu banding 1.000 untuk henti jantung mendadak di seluruh populasi AS.

Baca juga: Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung yang Perlu Diketahui

Namun, mengingat usia muda dan tingkat kebugaran yang tinggi yang umumnya berkorelasi dengan kesehatan jantung, penyakit ini mengejutkan bagi atlet muda yang tampaknya sehat.

Pada Minggu (30/6/2024), pebulu tangkis China Zhang Zhi Jie meninggal dunia karena henti jantung mendadak saat bertanding melawan Jepang di Asia Junior Championships (AJC) di Yogyakarta.

Laki-laki kelahiran 30 Januari 2007 ini meninggal saat usianya masih 17 tahun.

Henti jantung mendadak juga pernah menyerang atlet muda lainnya, seperti bintang NBA Bronny James saat usia 18, pemain NFL Damar Hamlin 24 tahun, bintang sepak bola Denmark Christian Eriksen 29 tahun.

Namun, kasus ketiganya berbeda dengan Zhang Zhi Jie karena mereka bisa terselamatkan.

Lebih dari 80 persen atlet selamat jika ada pelatih atletik bersertifikat di lokasi pertandingan atau latihan dan terlibat dalam resusitasi.

Baca juga: Apa Itu Henti Jantung, Penyebab, Gejala, dan Komplikasinya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau