KOMPAS.com - Kasus demam berdarah dengua (DBD) menjadi isu kesehatan yang urgen di Indonesia saat ini, terlebih dengan lonjakan kasusnya tiap tahun. Untuk itu generasi muda perlu dilibatkan dalam program pengendalian DBD. Terlebih anak-anak muda sering memiliki ide yang tak terduga dan inovatif.
Untuk mencari solusi inovatif pencegahan dan pengendalian DBD bagi generasi muda, Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Asia Dengue Voice and Action Group (ADVA), dengan dukungan PT Takeda Innovative Medicines (Takeda) dan Kementerian Kesehatan RI, mengimplementasikan Dengue Slayers Challenge, program edukasi penanganan DBD.
Sejak Februari 2024, program ini telah berhasil meningkatkan pemahaman 123 siswa SMA/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia mengenai demam berdarah dengue serta memberdayakan mereka untuk mengembangkan 41 solusi inovatif.
Hasilnya, para siswa sukses menggagas beragam ide brilian, seperti aplikasi seluler yang dapat memberi notifikasi area penularan DBD, program edukasi berbasis proyek yang berkolaborasi dengan pemerintah, serta buku interaktif edukasi DBD untuk anak-anak.
Academic Advisor and Operations Counsel PJI, Robert Gardiner mengatakan, generasi muda perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat.
Baca juga: Cara Menaikkan Trombosit bagi Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)
"Melalui program ini, para siswa memperoleh pengalaman pertama mengeksplorasi demam berdarah dengue secara komprehensif sekaligus kesempatan mentransformasi aspirasi mereka menjadi sebuah karya nyata yang bermanfaat," ujarnya.
Dalam Dengue Slayers Challenge, para siswa ditantang untuk menciptakan solusi inovatif pencegahan dan pengendalian DBD berupa media edukasi (Outreach), sistem pengawasan (Surveillance & Epidemiology), atau strategi pengendalian nyamuk (Vector Control: Prophylaxis/Prevention).
Untuk mendukung proses eksplorasi dan penyusunan ide, para siswa telah memperoleh lokakarya DBD pelatihan design thinking, serta pendampingan dari mentor ahli di bidang kesehatan.
Sebagai puncak program, tim terbaik berkesempatan mewakili Indonesia untuk mempresentasikan ide mereka kepada komunitas internasional dan pembuat keputusan pada ajang Asia Dengue Summit ke-7 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 5-7 Juni 2024. Pertemuan itu juga diikuti pemenang program serupa dari Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Baca juga: Pernah Sakit DBD Bukan Berarti Bisa Kebal Virus Dengue
Ada pun peraih juara satu adalah Tim Detecta dari SMA Plus Pembangungan Jaya, Tangerang Selatan, dengan ide berupa aplikasi mobile bernama Denguard.
Aplikasi tersebut menyediakan fitur pelaporan diri bagi pengguna, yang dapat memberikan notifikasi tentang area-area dengan kasus penularan DBD. Selain itu, aplikasi ini dilengkapi dengan fitur edukasi untuk meningkatkan pemahaman tentang DBD, forum diskusi untuk memfasilitasi pertukaran informasi antar pengguna, dan informasi tentang fasilitas kesehatan yang menangani DBD.
Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes RI, Agus Handito, menyambut baik hadirnya program Dengue Slayers Challenge.
“Aksi individu dan kolektif dari komunitas sangat dibutuhkan untuk mengurangi kasus infeksi dengue hingga mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi dukungan yang diberikan Takeda, ADVA, dan PJI melalui program edukasi untuk generasi muda ini," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.