Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Panas Ekstrem Berpotensi Bahayakan Atlet Olimpiade Paris 2024

Kompas.com - 19/07/2024, 19:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Para pakar mengkhawatirkan suhu panas ekstrem muncul bertepatan dengan jadwal kompetisi Olimpiade dan Paralimpiade di Paris.

Jadwal Olimpiade Paris 2024 akan berlangsung pada 26 Juli hingga 11 Agustus.

"Fakta bahwa Olimpiade akan berlangsung selama puncak musim panas, berarti ancaman cuaca panas yang dahsyat adalah sesuatu yang nyata," demikian pernyataan British Association for Sustainable Sport dan kelompok advokasi iklim FrontRunners, yang dilansir dari Sciende Alert pada Jumat (19/7/2024).

Baca juga: Tips Menghadapi Suhu Panas agar Tetap Sehat

Pada tahun ini, Kota Paris menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas untuk ketiga kalinya setelah 100 tahun sejak terakhir kali pada 1924 dan yang pertama pada 1900.

Sejak 1947 hingga 2023, rata-rata suhu musim panas di Kota Paris terus meningkat sebesar 1,8 Celcius dengan 50 gelombang panas.

Pada musim panas 2003, terjadi gelombang panas yang mematikan dengan menewaskan lebih dari 14.000 orang di Perancis.

Risiko musim panas tahun ini bisa 10 kali lebih ekstrem daripada 2003 yang didorong oleh perubahan iklim.

Baca juga: Waspadai Macam Risiko Penyakit Terkait Suhu Panas

Risiko kematian akibat suhu panas di pusat Kota Paris diperkirakan bisa meningkat hingga 70 persen.

Ahli fisiologi Mike Tipton dan Jo Corbett dari Extreme Environments Laboratory at the University of Portsmouth di Inggris memperingatkan bahwa Olimpiade dapat membuat para atlet terpapar panas pada kondisi yang dapat mengganggu performa mereka, dan yang terburuk, menimbulkan risiko kematian.

"Kondisi panas dan/atau lembap membuat lebih sulit menghilangkan panas ke lingkungan dan lebih sulit mengatur suhu inti tubuh," jelas Tipton dan Corbett.

"Hal ini mengganggu kinerja fisik, terutama jika paparan berlangsung lama dan memerlukan tingkat kerja tinggi yang berkelanjutan," imbuh mereka.

Selain risiko kematian, para atlet Olimpiade Paris 2024 juga bisa mengalami luka bakar, kram panas, kelelahan ekstrem, dan pingsan akibat sengatan panas ekstrem yang mungkin melanda Perancis.

Baca juga: Suhu Panas dan Efeknya pada Kesehatan Mata, Kulit, dan Pernapasan

Untuk mencegah efek suhu panas esktrem terhadap kesehatan atlet, disarankan otoritas olahraga secara berkala mengukur suhu panas lingkungan dengan wet bulb globe temeperature (WBGT).

WBGT adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk mengukur lingkungan yang panas.

WGBT memberikan gambaran yang lebih spsifik tentang kondisi yang akan dihadapi atlet, tidak sekedar suhu udara.

Pengukuran ini juga memperhitungkan kelembapan menggunakan termometer dengan sumbu basah di atas bohlamnya, pergerakan udara, dan panas yang terpancar (biasanya dari matahari).

Sebuah studi yang diterbitkan pada 2022 menemukan bahwa WGBT maksimum yang dapat ditoleransi oleh manusia usia muda dan sehat sebelum mereka tidak dapat lagi mengatur suhu tubuh mereka adalah sekitar 31 Celcius.

Baca juga: 10 Buah Pilihan untuk Mengatasi Cuaca Panas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Kasus Virus Hanta Telah Terdeteksi di 4 Provinsi, Waspadai Ini Cara Penularannya…
Health
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Health
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Health
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Health
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Health
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Health
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau