Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut 1 Orang Meninggal Setiap 30 Detik Akibat Hepatitis

Kompas.com - 29/07/2024, 18:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber WHO,

Kedua, upaya memperkuat surveilans dan penemuan kasus pada populasi berisiko tinggi, seperti ibu hamil, tenaga medis (named), dan tenaga kesehatan (nakes).

Pada 2023, sebanyak 3.358.549 ibu hamil diskrining hepatitis B, dan sebanyak 50.789 ibu hamil di antaranya terdeteksi HBsAg (hepatitis B surface antigen) reaktif.

“Untuk tenaga kesehatan, sebanyak 364.002 nakes dan named diskrining HBsAg. Hasilnya, 359.677 HBsAg non-reaktif dan 267.574 belum memiliki antibodi sehingga layak divaksinasi,” ujarnya.

Untuk penyakit hepatitis C, pada 2017 hingga Juni 2024, sebanyak 967.330 individu berisiko tinggi telah menjalani skrining hepatitis C.

Berdasarkan hasil skrining, 42.292 orang di antaranya dinyatakan positif untuk antibodi Hepatitis C (anti-HCV).

Lalu, hanya 67,4 persen atau 28.504 yang melanjutkan ke tahap pemeriksaan selanjutnya, yaitu pemeriksaan viral load (VL) untuk RNA HCV.

Dari 28.504 orang yang menjalani pemeriksaan VL HCV RNA, sebanyak 16.327 orang memerlukan pengobatan karena memiliki infeksi hepatitis C aktif.

Baca juga: Macam Penyebab Hepatitis pada Anak

Upaya ketiga adalah pengobatan. Menurut Imran, pemerintah telah menyediakan obat Direct Acting Antiviral (DAA) untuk pengobatan hepatitis C.

Pengobatan ini diyakini memiliki tingkat keberhasilan mencapai 90 persen.

“Untuk pengobatan DAA ini, kami sudah menyediakan di 33 provinsi dan pada tahun 2024 ini ditargetkan semua provinsi itu sudah punya rumah sakit yang bisa memberikan layanan pengobatan Hepatitis C dengan DAA,” ungkapnya.

Sejak 2017 hingga Juni 2024, tercatat lebih dari 11.689 pasien telah memulai terapi pengobatan hepatitis C.

Namun, hanya 8.364 orang yang menyelesaikan pengobatan, dan 3.139 di antaranya dinyatakan sembuh.

Lebih lanjut, Imran menjelaskan, meskipun prevalensi hepatitis secara umum telah menurun secara signifikan, angka kasus di Indonesia masih cukup tinggi.

Menurut WHO, Indonesia menempati peringkat keempat di kawasan Asia Tenggara atau South-East Asia Region (SEARO) untuk kejadian dan kematian akibat penyakit hati.

“Tercatat baru 56 ribu yang didiagnosis, artinya sebetulnya masih banyak banget penderita hepatitis B yang tidak terdiagnosis karena tidak terskrining. Orang-orang inilah yang kemungkinan besar menularkan ke orang lain,” ucapnya.

Baca juga: 8 Cara Mencegah Hepatitis B, Tak Hanya Vaksin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau