Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Gumpalan Darah yang Bisa Memicu Serangan Jantung?

Kompas.com - 13/08/2024, 09:02 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Pembekuan darah, juga disebuat koagulasi, adalah mekanisme alami tubuh setelah terjadinya luka untuk menghentikan perdarahan dan mencegah infeksi.

Namun, terkadang gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh darah, yang bisa menyebabkan kerusakan, bahkan kematian. Data menunjukkan, di dunia setiap 6 menit ada 1 kematian akibat bekuan darah.

Jadi, apakah yang menyebabkan gumpalan darah dan faktor pemicunya?

Gumpalan darah bisa terbentuk ketika pembuluh darah terluka. Hal ini memicu serangkaian kejadian yang menyebabkan protein yang disebut trombin terkumpul di dekatnya.

Trombin kemudian mengaktifkan bagian-bagian sel yang disebut trombosit dalam darah, menyebabkannya membentuk sumbat yang menutupi lokasi cedera.

Trombosit tersebut juga mengikat fibrinogen, protein lain yang ditularkan melalui darah. Trombin mengubah fibrinogen ini menjadi protein kuat yang disebut fibrin, yang membentuk jalinan yang menjembatani trombosit untuk memperkuat sumbatan. Setelah luka sembuh, gumpalan ini larut.

Baca juga: Depresi dan Stres Tingkatkan Risiko Pembekuan Darah yang Berbahaya

Pada sebagian kasus, bekuan darah bisa terbentuk ketika tidak ada luka. Hal ini terjadi saat faktor-faktor di darah membuatnya mudah menggumpal, antara lain ketika dinding pembuluh darah perlahan rusak karena ada gangguan, atau pembuluh darah tersumbat karena tumpukan plak yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner.

Bekuan darah yang terbentuk tersebut, secara medis disebut trombus, tidak dapat larut dan akan bertahan di dalam pembuluh darah sehingga menyumbat aliran darah.

Kondisi itu tentu menyebabkan kerusakan jaringan jika sumbatan itu menghentikan aliran darah sepenuhnya.

Jika trombus terbentuk di jantung, dapat menyebabkan serangan jantung. Jika trombus terbentuk di otak akan memicu stroke.

Terlepas dan terbawa aliran darah

Sebagian atau seluruh gumbalan darah itu dapat terlepas dari lokasi asalnya yang disebut dengan embolus. Secara umum emboli adalah massa yang bergerak melalui aliran darah dan bisa tersangkut jika mencapai pembuluh darah yang sempit.

Gumpalan darah yang bergerak seperti itu sangat berbahaya karena dapat berpindah ke bagian tubuh mana pun.

Baca juga: Penyempitan Pembuluh Darah Disebabkan Apa? Berikut 8 Daftarnya…

Ilustrasi pembekuan darah di otak, gejala pembekuan darah di otak, penyebab pembekuan darah di otakShutterstock/Christoph Burgstedt Ilustrasi pembekuan darah di otak, gejala pembekuan darah di otak, penyebab pembekuan darah di otak

Pada kondisi yang disebut deep vein thrombosis (DVT), bekuan darah terbentuk di pembuluh darah besar, biasanya di kaki, dan bisa terlepas lalu terbawa sampai paru-paru. Kondisi yang sangat berbahaya ini disebut dengan emboli paru.

Dokter hematologi dan peneliti darah Dr.Rachel Rosovsky mengatakan, sangat penting untuk mengenali gejala-gejala sumbatan darah.

"Pada kasus DVT, gejalanya bisa berupa sakit pada kaki, kemerahan, dan bengkak. Pada emboli paru, bisa berupa nyeri dada, rasa tertekan, sesak napas, atau denyut jantung cepat," paparnya.

Jangan abaikan gejala-gejala tersebut, terutama bila kita memiliki faktor risiko punya sumbatan darah.

Baca juga: Cegah Stroke dengan Menjaga Tekanan Darah Normal

Faktor risiko

Ada beberapa faktor risiko terjadinya bekuan atau sumbatan darah, antara lain menderita kanker, penyakit autoimun, serta tekanan darah tinggi.

Ada juga penyakit genetik yang menyebabkan jumlah protein bekuan di darah meningkat. Kondisi lain adalah infeksi Covid-19 yang membuat keseimbangan faktor koagulasi terganggu, sehingga darah rentan membeku.

Faktor gaya hidup juga bisa membuat seseorang beresiko memiliki bekuan darah, termasuk kebiasaan merokok yang meningkatkan peraangan dalam tubuh dan membuat trombosit lebih aktif.

Obesitas juga berkait erat dengan risiko pembekuan darah. Hal ini terjadi karena sinyal molekul-molekul yang dibuat oleh sel lemak bisa meningkatkan jumlah faktor bekuan dan keping darah menjadi lebih licin.

Faktor lainnya adalah kurang bergerak dalam waktu lama, misalnya saja pada orang yang harus berbaring lama di tempat tidur, atau penumpang dalam penerbangan jarak jauh.

Kurangnya mobilitas akan menyebabkan aliran darah lebih lambat, meningkatkan inflamasi dan membuat faktor bekuan lebih aktif untuk merespon inflamasi.

"Faktor risiko tersebut bisa dicegah. Misanya jika kita banyak duduk, berdirilah dan bergerak setiap satu jam," kata Rosovsky.

Selain itu, saat berada dalam penerbangan jarak jauh kita bisa menggunakan stoking kompresi atau berjalan-jalan setiap beberapa waktu.

Dia juga merekomendasikan untuk minum cukup air, menjaga berat badan sehat, aktif berolahraga, dan berhenti merokok.

Baca juga: Penyakit Penyebab Trombosit Rendah Termasuk Leukemia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau