Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Sebut Kematian Bayi di Indonesia Paling Banyak karena Prematur

Kompas.com - 02/09/2024, 21:15 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com-Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebut kematian bayi di Indonesia paling banyak disebabkan kelahiran prematur.

"Di Indonesia paling banyak (meninggal) karena prematur," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui usai peresmian Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak RSUP Ngoerah di Denpasar, Senin (2/9/2024) seperti ditulis Antara.

Budi mengatakan setiap tahunnya ada 78 ribu bayi di Indonesia yang meninggal dari 4,6 juta yang dilahirkan. Paling banyak terjadi di pulau Jawa mengingat jumlah penduduk di daerah itu juga sangat besar.

Baca juga: Kapan Bayi Prematur Boleh Mandi? Begini Penjelasan Dokter

Seperti ditulis laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi angka kelahiran prematur di Indonesia tahun 2018 sebanyak 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia berada pada posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk persalinan prematur, yaitu sekitar 657.700 kasus.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organozation/WHO) memperkirakan 13,4 juta bayi lahir prematur pada tahun 2020. Jumlah itu lebih dari 1 dari 10 bayi lahir. Menurut WHO pula, sekitar 900 ribu anak meninggal pada tahun 2019 karena komplikasi kelahiran prematur dan banyak penyintas yang menghadapi disabilitas seumur hidup, termasuk ketidakmampuan belajar serta gangguan penglihatan dan pendengaran.

Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menjabarkan bahwa saat bayi prematur lahir selalu diikuti dengan berat badan lahir rendah. Adapun prevalensi bayi prematur di Indonesia di angka 7 hingga 14 persen dari total kelahiran, padahal di di beberapa negara hanya 5 hingga 9 persen.

Menkes Budi mengatakan, pernikahan dini juga menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya masalah pada rahim istri, sehingga bayi cepat lahir dengan bobot yang di bawah rata-rata kelahiran normal.

"Di Indonesia menikahnya terlampau cepat, ada masalah di kandungan, di bawah 37 minggu lahirnya," katanya.

Baca juga: 5 Penyebab Hipotermia pada Bayi Prematur

Untuk menangani kasus tersebut, saat ini pemerintah membagi perawatan bayi dengan tingkatan berat saat kelahiran untuk menekan angka kematian bayi.

Dia pun tidak menjelaskan secara detail terkait dengan mekanisme penanganan bayi di setiap tingkatannya, sehingga berpengaruh terhadap penekanan angka kematian bayi.

"Kita sudah bagi, di puskesmas bisa di bawah 2 kilogram, di 514 rumah sakit kabupaten/kota bisa di bawah 1,8 kilogram, rumah sakit provinsi bisa sampai 1 kilogram dan di bawah 1 kilogram RS vertikal kita," kata dia.

Itulah sebabnya, Kementerian Kesehatan terus membangun lebih banyak pelayanan rumah sakit ibu dan anak untuk menangani kelahiran di bawah rata-rata dan mengurangi kematian bayi.

Dia merincikan, setelah pandemi Covid-19 selesai, pemerintah menargetkan ada 17 rumah sakit ibu dan anak yang akan didirikan di Indonesia, salah satunya Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Ngoerah Denpasar yang diresmikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Dari 17 tersebut, ada 12 yang pembangunannya sudah dimulai, sedangkan sisanya akan dimulai pada pemerintah presiden selanjutnya di mana pendanaannya sudah disiapkan.

Menurut Menkes, RS Ibu dan Anak menjadi kebutuhan penting untuk segera dibangun mengacu pada data kematian bayi yang banyak terjadi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau