Peningkatan risiko ini kemungkinan disebabkan oleh paparan hormon estrogen yang lebih lama.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), riwayat kehamilan juga bisa memengaruhi terjadinya kanker ini. Kehamilan pertama setelah usia 30 tahun, tidak menyusui, dan tidak pernah hamil cukup bulan dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Wanita dengan payudara padat lebih mungkin terkena kanker payudara.
Payudara padat memiliki lebih sedikit lemak dan lebih banyak sel dan jaringan ikat di payudara mereka.
Orang yang pernah menderita kanker payudara lebih mungkin terkena kanker payudara untuk kedua kalinya.
Beberapa penyakit payudara nonkanker tertentu, seperti hiperplasia atipikal dan karsinoma lobular in situ, juga bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Baca juga: Apa yang Dirasakan Penderita Kanker Payudara?
Paparan radiasi diketahui dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, salah satunya kanker payudara.
Wanita yang menjalani terapi radiasi pada dada atau payudara (misalnya, pengobatan limfoma Hodgkin) sebelum usia 30 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara di kemudian hari, seperti yang dikutip dari CDC.
Terdapat peningkatan risiko kanker payudara yang sangat kecil ketika Anda mengonsumsi pil kontrasepsi.
Peningkatan risiko ini kembali normal 10 tahun setelah Anda berhenti meminumnya.
Risiko Anda terkena kanker payudara meningkat saat menjalani terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy/HRT) jenis apa pun.
Namun, risiko ini kecil. Risiko kanker payudara lebih tinggi, jika Anda menggunakan HRT gabungan dibandingkan dengan HRT estrogen saja.
Baca juga: Makanan Sehat untuk Penderita Kanker Payudara
Wanita yang kelebihan berat badan setelah menopause memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi daripada wanita yang tidak kelebihan berat badan.
Pria juga memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi, jika kelebihan berat badan atau obesitas.
Bagi pria dan wanita, risiko meningkat seiring bertambahnya berat badan.