Hal itu diyakini dapat menghindari proses pembekuan ulang pada bagian daging atau bahan makanan yang belum akan digunakan, yang bisa merusak tekstur, rasa, dan kualitas nutrisi produk.
”Pembekuan ulang juga dapat meningkatkan risiko kontaminasi bakteri,” terangnya.
Agnes menerangkan, suhu yang ideal untuk menyimpan produk beku maupun olahan pangan berbasis protein adalah –10 derajat Celcius atau lebih rendah.
Suhu dingin ini dapat mencegah pertumbuhan bakteri, ragi, dan jamur, serta memperlambat aktivitas enzim yang bisa merusak bahan makanan itu.
”Proses pencairan produk beku juga tak boleh asal untuk menjaga kualitas daging atau ikan yang akan dikonsumsi tetap baik. Saran saya, daging jangan dicairkan di suhu ruangan atau dengan bantuan air panas,” ucapnya.
Menurut dia, daging lebih baik dipindah dulu ke kulkas bawah, atau direndam di air es setelah dibungkus dengan plastik kedap udara, atau memanfaatkan microwave dengan tekanan rendah sekitar 30-40 persen.
Baca juga: Perbedaan Protein Hewani dan Nabati untuk Mencegah Stunting pada Anak
Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, menjelaskan, tubuh manusia pada dasarnya membutuhkan 20 asam amino yang berbeda agar berfungsi dengan baik.
Dari jumlah tersebut, sembilan di antaranya tergolong asam amino esensial, yaitu histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin.
Berbeda dengan asam amino non-esensial, asam amino esensial tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari makanan.
Oleh sebab itu, makanan sumber asam amino esensial perlu dikonsumsi secara rutin dalam jumlah cukup agar kebutuhan tubuh akan nutrisi ini bisa terpenuhi.
Asam amino bagaimanapun terlibat dalam banyak peran penting dalam tubuh, termasuk pertumbuhan, perbaikan jaringan otot, mengatur kadar gula darah, hingga mengatur fungsi kekebalan tubuh.
Nah, menurut Prof Fika, dibandingkan dengan jenis protein nabati, makanan yang termasuk sumber protein hewani telah terbukti memiliki asam amino esensial yang lebih lengkap.
Pangan hewani juga sanggup menyediakan kandungan vitamin dan mineral yang beragam.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI itu pun membeberkan, ada banyak makanan yang termasuk sumber protein hewani, seperti daging, ikan, telur, dan produk susu, yang memungkinkan untuk diversifikasi dan dipilih sesuai dengan preferensi.
”Protein hewani berkontribusi pada pertumbuhan, khususnya pada anak-anak dan remaja yang sedang dalam fase pertumbuhan aktif. Zat gizi ini juga penting untuk pemeliharaan massa otot dan kekuatan pada orang dewasa dan lansia,” jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) pada Jumat (13/9/2024).
Baca juga: Protein Hewani atau Nabati, Mana yang Lebih Bagus untuk Makan Siang?
Dengan demikian, jelas Prof Fika, peran penting protein hewani tidak dapat dilewatkan, utamanya dalam mendukung peningkatan gizi masyarakat Indonesia.
”Sudah saatnya untuk memikirkan kembali pentingnya pemenuhan kebutuhan protein dan mengembalikan masalah kekurangan nutrisi ini ke dalam agenda kesehatan,” seru dia.
Faktannya, Prof Fika menyampaikan, masih ada banyak temuan kasus dari hasil studi yang menunjukkan anak-anak menderita kekurangan protein, bahkan telah mengalami stunting atau tengkes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.