”Selalu cek informasi masa produksi dan tenggat kadaluarsa untuk menghindarkan kita dari berbagai bentuk kerugian,” serunya.
Baca juga: Tanda Utama Tubuh Kekurangan Protein
Selain produk beku berupa daging atau ikan kemasan, produk olahan seperti nugget, sosis, bakso, tempura, dan lain sebagainya bisa pula menjadi pilihan sumber protein harian bagi masyarakat.
Namun, Indrawati mengingatkan, siapa saja perlu berhati-hati dalam memilih produk olahan ini.
Meski makanan tersebut mengandung protein, ada risiko tersembunyi, terutama bila produk olahan itu mengandung bahan tambahan dalam jumlah berlebih, seperti tepung, garam, gula, penyedap rasa, dan pengawet.
“Kadang kita menemukan nugget yang isinya lebih banyak tepung dibanding daging. Produk seperti itu berisiko meningkatkan obesitas dan penyakit metabolik seperti diabetes, terutama pada anak-anak,” ujar Indrawati.
Ia pun menekankan pentingnya membaca komposisi nutrisi pada kemasan.
Menurutnya, konsumsi gula oleh anak-anak sebaiknya tidak lebih dari 25 gram per hari. Sedangkan garam dianjurkan tidak lebih dari 5 gram per hari dan natrium tidak lebih dari 2.300 mg per hari.
“Jangan hanya tergoda harga murah. Pastikan produk memiliki kandungan protein yang tinggi dan tidak berlebihan dalam bahan tambahan seperti garam dan gula,” tambah dokter yang juga menjadi pengajar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu.
Senada, Ahli Gizi RS Brayat Minulya Solo, Agnes Sriwidayati, S.Gz, juga menyarankan masyarakat tak sembarangan dalam memilih produk olahan pangan berbasis protein untuk mendukung asupan gizi harian.
Menurut dia, sebelum membeli produk tersebut, siapa saja baik untuk melihat tabel informasi gizi di kemasan.
Agnes menganjurkan, masyarakat lebih memilih produk yang menawarkan protein tinggi.
”Di samping itu, kita perlu melihat komposisinya. Kalau produk itu kira-kira mengandung banyak bahan pengawet, ya sebaiknya dihindari karena berisiko menimbulkan gangguan kesehatan,” ucapnya.
Baca juga: Ahli: Lansia Sebaiknya Banyak Konsumsi Makanan yang Mengandung Protein
Agnes menambahkan, masyarakat juga tak boleh asal menyimpan produk beku maupun olahan pangan berbasis protein setelah membelinya di luar.
Ia memberi saran, jangan langsung memasukkan bahan makanan itu ke dalam kulkas atau freezer setibanya di rumah.
Produk itu melainkan sebaiknya dibuka lebih dulu dan isinya dipindahkan ke bungkus atau wadah lain untuk mencegah kontaminasi jamur atau bakteri yang mungkin terbawa di bungkus bawaan.
”Proses perjalanan kita dari tempat membeli (produk) ke rumah kan butuh waktu. Nah, di situ ada risiko paparan kuman,” ucapnya.
Maka dari itu, sesampainya di rumah, masyarakat dianjurkan Agnes untuk segera saja membuka bungkus produk dan menempatkan daging atau bahan pangan olahan ke wadah baru yang dipastikan bersih.
Dalam proses penyimpanan produk beku maupun olahan pangan berbasis protein di freezer, Agnes menganjurkan, dapat dibagi per porsi saja untuk setiap wadahnya.
Menurutnya, praktik ini akan membawa beberapa keuntungan, baik dari segi kualitas, efisiensi, maupun keamanan pangan.
”Sebagai gambaran, ketika kita telah membagi daging, ikan, nugget, atau sosis menjadi per porsi, kita akan terdorong untuk mengambil jumlah yang diperlukan saja ketika hendak ingin mengonsumsinya,” jelas dia.