Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Tubuh Membutuhkan Diet Detoksifikasi? Ini Ulasannya...

Kompas.com - 19/09/2024, 06:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Tubuh kita pada dasarnya sudah dirancang untuk mendetoksifikasi dirinya sendiri.

Diet detoksifikasi adalah cara untuk menghilangkan racun dari tubuh dengan intervensi diet atau makanan tertentu jangka pendek.

Mengutip MD Anderson Cancer Center, racun dalam tubuh kita terdiri dari dua bentuk, yaitu:

  • Endotoksin yaitu produk sampingan yang dibuat oleh tubuh Anda, seperti asam laktat, urea, dan feses
  • Eksotoksin yaitu racun yang berasal dari luar tubuh. Racun ini meliputi bahan kimia dari produk pembersih dan kosmetik, polutan dari udara atau air, dan pestisida pada makanan.

Baca juga: Apakah Cuka Sari Apel Berguna untuk Detoksifikasi? Ini Ulasannya...

Dokter spesialis kanker hati dan ahli bedah Thomas Aloia, MD mengatakan bahwa sebenarnya tanpa diet khusus, hati adalah mesin detoksifikasi alami dalam tubuh manusia.

Mendetoksifikasi hal-hal normal yang kita makan, hirup, dan telan adalah bagian dari fungsi hati untuk menjaga kita tetap hidup.

Menurut Aloia, hal paling penting yang perlu kita lakukan adalah menjaga pola makan kita sehat dan bergizi seimbang agar hati tetap sehat.

Aloia mengatakan, kuncinya adalah tidak konsumsi lemak, gula, dan alkohol berlebihan yang bisa membebani kerja hati.

Baca terus artikel ini yang akan mengulas lebih lanjut tentang detoksifikasi.

Baca juga: 7 Buah Pilihan yang Bagus Bantu Detoksifikasi Tubuh

Apa itu diet detoksifikasi?

Mengutip Healthline, diet detoksifikasi umumnya merupakan intervensi diet jangka pendek yang dirancang untuk menghilangkan racun dari tubuh.

Diet ini umumnya meliputi periode puasa, diikuti dengan diet ketat dengan makan buah, sayur, jus buah, dan air.

Kadang-kadang, detoksifasi ini juga dilakukan dengan mengonsumsi herbal, teh, suplemen, dan enema.

Klaim manfaat diet detoksifikasi meliputi:

  • Mengistirahatkan organ tubuh dengan berpuasa
  • Merangsang hati untuk membuang racun
  • Meningkatkan pembuangan racun melalui feses, urine, dan keringat
  • Meningkatkan sirkulasi
  • Memberikan tubuh nutrisi yang sehat

Namun, penelitian pada manusia terhadap diet detoksifikasi kurang dan segelintir penelitian yang ada memiliki banyak kekurangan.

Baca juga: Manfaat Detoksifikasi yang Ampuh Buang Racun dari Tubuh

Adakah potensi manfaat diet detoksifikasi?

Mengutip Cleveland Clinic, meskipun diet ini mungkin tidak memberikan keajaiban untuk menghilangkan racun dari tubuh, ada beberapa manfaat potensialnya yaitu:

  • Meningkatkan asupan vitamin

Diperkirakan hanya 1 dari 10 orang dewasa yang mengonsumsi cukup buah dan sayuran setiap hari.

Oleh karena itu, menambahkan jus atau smoothie ke dalam makanan Anda dapat memberi Anda vitamin dan mineral yang saat ini tidak Anda dapatkan.

  • Meningkatkan kepekaan terhadap makanan

Jika menghilangkan makanan tertentu selama detoksifikasi, Anda mungkin telah menemukan potensi kepekaan terhadap makanan tersebut. Misalnya, menghilangkan kebiasaan makan manis. Ada potensi bahwa selanjutnya Anda akan lebih peka dengan tingkat konsumsi gula Anda. 

Demikianlah progam diet detoksifikasi yang dinilai secara ilmiah.

Ahli diet terdaftar Kate Patton, MEd, RD, LD mengatakan bahwa tubuh diciptakan untuk mengurus diri sendiri.

Membantu tubuh tetap sehat secara keseluruhan adalah kuncinya.

"Jika Anda mengisinya dengan diet seimbang yang terdiri dari makanan utuh seperti sayur, buah, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan, itu akan membantu Anda memperoleh hasil yang Anda cari tanpa harus memulai detoksifikasi khusus," kata Patton.

Baca juga: Apakah Puasa Membantu Detoksifikasi Tubuh?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau