Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Model Ideal Pembagian Makan Bergizi Gratis

Kompas.com - 30/09/2024, 10:30 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Model kelola berupa sekolah mengelola dana yang disediakan dengan cara membentuk tim untuk memproduksi bahan makanan, mulai dari pengadaan, memasak, hingga pemberian makanan. Untuk pemilihan menu tetap dikonsultasikan kepada tim dari PKGK UI.

Baca juga: Selain Gizi, Ini Faktor Penyebab Stunting Sulit Turun

"Sebelum dimulai program, kami terlebih dulu melakukan wawancara mendalam dengan sekolah, para siswa, dan juga orangtua untuk mengetahui pola makan anak-anak. Selain itu juga dilakukan pengukuran antropometri pada siswa," papar Prof.Fika.

Dari ketiga model pemberian makanan bergizi yang dilakukan, model Swakelola memiliki tingkat konsumsi tertinggi diantara siswa dengan persentase 84 persen, diikuti oleh Ready to Cook (RTC) dengan persentase 83 persen.

Hasil studi juga menunjukkan, sebelum dimulainya program, sumber protein hewani para siswa adalah telur, susu, daging ayam, dan juga ikan. Hanya 2 persen saja yang rutin mengonsumsi daging sapi.

"Secara keseluruhan, jumlah anak dengan status gizi buruk atau kurang, berkurang 2,8 persen pasca program. Program ini berhasil meningkatkan asupan gizi siswa, terutama dalam hal protein dan buah yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan siswa," jelas Prof.Fika.

Selain itu, setelah enam minggu program terdapat peningkatan berat badan sebesar 1.5 kilogram dan tinggi badan 1 cm di antara siswa yang berpartisipasi.

Menurut Prof.Fika, sebelum program berjalan diperlukan screening status gizi untuk penyesuaian pada kelompok yang membutuhkan asupan gizi tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya gizi lebih atau obesitas.

Studi pemodelan pemberian makan bergizi gratis dari Japfa ini dilakukan di lima daerah, dengan perincian dua wilayah semi urban yaitu SDN 06 Batang Anai Padang Sumatera Barat dan SDN 01 Duyungan, Sragen Jawa Tengah; wilayah rural yaitu SDN 03 Sungai Pinyuh Mempawah Kalimantan Barat, Posyandu Kecamatan Buluwalang Malang Jawa Timur, dan wilayah urban yaitu SD Buqatun Mubarakah dan TK Asoka di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dengan total ada 1.143 anak yang mendapatkan makanan.

Direktur Corporate Affris Japfa, Rachmat Indrajaya, mengatakan banyak hal yang bisa dipelajari dari studi tersebut, terutama untuk menganalisis setiap model pemberian makan bergizi yang paling sesuai berdasarkan karateristik tiap daerah.

"Tujuannya adalah untuk menganilisis efektivitas setiap model sekaligus memantau proses produksi, pemenuhan kebutuhan gizi, hingga distribusinya. Kami juga ingin hasil studi ini bisa menjadi rekomendasi bagi pemerintah agar pelaksanaan program makan bergizi gratis berjalan baik," katanya.

Baca juga: Badan Gizi Nasional Tak Tentukan Menu Makan Bergizi Gratis, Susu Bisa Diganti Telur

Nilai ekonomi

Selain mengukur pemodelan pemberian makan yang tepat, studi tersebut juga bisa melihat penyusunan rentang biaya yang bisa disesuikan dengan daerahnya.

Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR), I Dewa Made Agung, model RTC dan Swakelola adalah model yang dapat mencapai target biaya di bawah Rp 15.000 per anak. Biaya tersebut mencakup memasak, distribusi ke sekolah, dan pencucian tray.

"Lebih spesifiknya, model RTC menghasilkan biaya yang termurah. Hasil penelitian IFSR di Sukabumi anggaran per anak dengan menu bergizi berkisar Rp 11.000 - Rp 12.000 tanpa susu," katanya.

Dewa menambahkan, model RTC menjadi model dengan biaya produksi paling rendah di antara ketiga model karena tidak berorientasi profit, walau tetap mengupah pekerja, dan langsung menerima protein hewani dari produsen (dalam studi mendapat pasokan dari Japfa).

Selain itu, pada model RTC dan swakelola memiliki tingkat penerimaan yang lebih baik. Para siswa juga dapat menghemat uang jajan.

"Tidak kalah penting adalah program makan bergizi gratis bisa menjadi ajang edukasi terkait gizi dan hidup sehat bagi siswa dan orangtua," katanya.

Jika sesuai dengan komitmennya, program ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam jangka menengah dan jangka panjang, termasuk menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

Baca juga: Makan Bergizi Gratis Harus Bebas dari Pangan Tinggi Gula, Garam, dan Lemak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau