Sejumlah bahan kimia yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah bisfenol, ftalat, atau zat perfluoroalkil dan polifluoroalkil, yang dikenal sebagai PFAS, bahan kimia yang mengkhawatirkan dan telah dikaitkan dengan banyak masalah kesehatan.
Sering disebut sebagai "bahan kimia abadi" karena tidak terurai di lingkungan, PFAS digunakan dalam kemasan makanan untuk mencegah minyak dan air meresap melalui bungkus makanan dan gelas minuman. PFAS juga dapat ditemukan dalam tinta yang digunakan untuk mencetak logo dan petunjuk pada wadah makanan.
Baca juga: 10 Ciri-ciri Kanker Payudara yang Mudah Dikenali, Apa Saja?
Mengurangi paparan
Meskipun hasil studi ini menyerukan regulasi yang lebih ketat terhadap bahan kimia dalam kemasan makanan, ada beberapa langkah yang dapat diambil konsumen untuk mengurangi risiko bahan kimia beracun dan karsinogen.
Hindari membakar atau menghanguskan makanan, karena daging sapi, ayam, atau ikan, menghasilkan bahan kimia yang merusak DNA saat dipanggang pada suhu tinggi atau di atas api terbuka. Gunakan kipas ventilasi saat memasak.
Polutan seperti polychlorinated biphenyl (PCB) menupuk di lemak, karena itu membuang lemak dan kulit dari daging atau ikan sebelum dimasak bisa membantu mengurangi paparan.
Jika memungkinkan, pilihlah produk daging atau susu yang organik untuk mengurangi paparan pestisida.
Kita juga bisa mengurangi pemakaian plastik dalam kemasan makanan, termasuk memindahkan makanan dari kemasan ke piring sebelum dipanaskan ke microwave.
Baca juga: 5 Bahaya Makanan Gosong, Bisa Picu Kanker
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.