Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Pada Kematian Manusia? Ini Fakta-faktanya...

Kompas.com - 12/10/2024, 22:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Kematian adalah bagian dari kehidupan yang harus kita hadapi.

Mengutip Cleveland Clinic, kematian menandai momen ketika organ-organ vital manusia berhenti bekerja untuk membuat orang tetap hidup.

Lamanya waktu yang dibutuhkan tubuh untuk mati bergantung pada kesehatan, perawatan yang diterima, dan penyebab kematian.

Baca juga: Kematian Jantung Mendadak, Apa Faktor Risikonya? Ini Ulasannya...

Penyebab kematian yang umum di seluruh dunia meliputi penyakit jantung, penyakit paru-paru kronis, dan kanker.

Terkadang, topik ini menakutkan. Namun, memahami fakta-fakta kematian pada manusia mungkin bisa membantu menjelaskan kondisi yang telah dihadapi oleh orang terdekat kita yang sudah tiada.

Berikut artikel ini akan mengulas sejumlah fakta kematian yang biasa muncul menjelang, saat, atau setelah kematian.

Baca juga: Apa Itu Kematian Jantung Mendadak? Ini Ulasannya...

Fakta-fakta kematian manusia

Mengutip Everyaday Health, ada sepuluh fakta kematian yang mungkin belum Anda ketahui:

  • Kematian sering kali merupakan sebuah proses

Ada banyak penyebab kematian, ada yang terjadi tiba-tiba seperti kecelakaan. Namun, kebanyakan kematian melalui sebuah proses, baik karena sakit atau usia tua.

Tanda-tanda kematian itu akan meliputi pernapasan yang melambat, penurunan atau melemahnya denyut jantung, penurunan tekanan darah, dan perubahan warna kulit.

Biasanya, menjelang kematian orang tersebut akan menjadi pucat karena tekanan darahnya turun. Jari-jari mungkin menjadi dingin atau membiru.

  • Saat pernapasan melambat, kematian mungkin sudah dekat

Saat kematian semakin dekat, orang biasanya akan memiliki napas yang terjeda, mungkin sekitar 15-20 detik.

Orang awam yang melihat kondisi tersebut biasanya akan khawatir, tetapi ini bagian normal dari proses kematian.

Baca juga: Aritmia Bisa Sebabkan Kematian Mendadak, Kenapa? Ini Ulasannya...

  • Ada dua tahap kematian

Fakta kematian manusia terdiri dari dua tahap, yaitu kematian klinis dan biologis.

Kematian klinis adalah kematian tahap pertama, di mana organ-organ akan mati. Dimulai dari jantung berhenti berdetak. Sekitar 4-6 menit kemudian, sel-sel otak mulai mati karena tidak mendapatkan oksigen.

Setelahnya, tahap kedua terjadi yaitu kematian biologis. Ini tahap di mana seseorang akan dinyatakan secara pasti telah meninggal.

Untuk menyatakan hal itu, dokter akan mengecek dengan melakukan resusitasi jantung paru (CPR), penggunaan defibrilator eksternal otomatis (AED), dan banyak lagi.

Saat kematian biologis sudah terjadi, tidak ada cara untuk menyadarkan kembali orang tersebut.

Pertolongan untuk menyadarkan kembali seseorang hanya memungkinkan dilakukan pada tahap kematian klinis, meski tidak semuanya berhasil.

  • CPR tidak selalu berhasil

CPR yang umum diberikan sebagai pertolongan pertama untuk menyadarkan kembali pasien tidak selalu berhasil.

Mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa tindakan CPR kemungkinan 75 persen pasti berhasil menyadarkan orang.

Namun, kenyataannya berbeda, terutama untuk orang-orang yang telah menderita penyakit kronis (jangka panjang) dan sudah pada tingkat parah.

Menurut penelitian, tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan setelah CPR rata-rata sekitar 12 persen untuk serangan jantung di luar rumah sakit, dan 24 hingga 40 persen untuk serangan jantung di dalam rumah sakit.

Baca juga: Kenali Sindrom Kematian Mendadak akibat Aritmia yang Bisa Sebabkan Meninggal Saat Tidur

  • Pendengaran jadi indra terakhir yang mati

Para pakar meyakini bahwa pendengaran manusia adalah indra terakhir yang akan hidup sebelum kematian biologis terjadi.

Sebuah studi dalam Scientific Reports menunjukkan bahwa sistem pendengaran pasien di rumah sakit merespons dengan baik seperti sistem pendengaran pada orang yang muda dan sehat beberapa jam sebelum kematian.

Oleh karena itu, dokter biasanya akan mendorong para keluarga pasien untuk membisikan kata-kata perpisahan sebelum pasien tersebut meninggal.

  • Orang meninggal bisa kencing dan buang air besar

Saat manusia hidup, otak terus-menerus memberi sinyal untuk mengontrol berbagai bagian tubuh dalam melakukan segala sesuatu.

Saat meninggal, sinyal-sinyal itu berhenti, sehingga semua otot akan menjadi rileks, termasuk otot pada kandung kemih dan sfingter.

Itu mengakibatkan air seni dan feses yang masih ada di dalam tubuh orang yang meninggal dapat keluar tanpa kendali.

Baca juga: Apa Penyebab Kematian pada Penderita Alzheimer? Ini Penjelasannya...

  • Morfin kadang diberikan untuk meredakan rasa kekurangan udara

Morfin adalah obat pereda nyeri yang kuat. Terkadang, dokter memberikan morfin kepada pasien yang sudah sekarat dan kesulitan bernapas.

Pada orang sekarat, tekanan darah turun dan lebih sedikit oksigen yang sampai ke organ tubuh.

Saat itu, tubuh akan merespons dengan megap-megap (napas tersendat-sendat) untuk mencari udara. Banyak keluar pasien yang biasanya tidak kuat melihat itu.

Dengan berbagai pertimbangan, dokter biasanya akan memberikan morfin dengan dosis yang pas untuk meredakan rasa sakit karena kekurangan udara.

Namun, kebanyakan orang yang tidak mengetahui kegunaan morfin akan beranggapan bahwa obat ini sebagai penyebab kematian keluarganya.

  • Ada bau khas orang meninggal

Fakta kematian lainnya adalah munculnya bau menyengat yang khas pada orang meninggal.

Saat kematian klinis mulai terjadi, otak memiliki peran paling besar penyebab seluruh sistem dalam tubuh mati.

Sementara, bakteri yang tinggal di tubuh manusia, terutama di usus, akan memainkan peran utama dalam memproses dekomposisi atau pembusukan.

Pembusukan ini menghasilkan bau yang sangat kuat, yang dikenal sebagai bau kematian.

Bahkan dalam waktu setengah jam, Anda dapat mencium bau kematian di dalam ruangan di mana ada orang meninggal.

Baca juga: Alasan Pencinta Minuman Manis Harus Waspadai Risiko Kematian Dini

  • Muncul kilasan memori menjelang kematian

Ketika manusia menemui ajalnya, kilasan memori selama hidup segera muncul seperti film yang diputar di depan mata dalam sepersekian detik.

Ada beberapa bukti ilmiah di balik fenomena ini. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2022, para peneliti menggambarkan sebuah laporan kasus tentang seorang pria yang sedang sekarat yang tampaknya mengalami kilasan memori tiba-tiba beberapa detik sebelum jantungnya berhenti berdetak.

Sejumlah dokter melakukan pemindaian otak pada pasien berusia 87 tahun, yang dirawat di rumah sakit setelah terjatuh yang mengakibatkan pendarahan di otaknya, dan meninggal karena serangan jantung.

Pemindaian terus berjalan setelah jantungnya berhenti dan mengungkap ledakan aktivitas gelombang otak yang terkait dengan ingatan dan mimpi yang berlangsung sekitar 30 detik.

Baca juga: Penyebab Henti Jantung yang Sering Mengakibatkan Kematian

  • Kesadaran bisa berlanjut setelah kematian

Beberapa orang mengaku dapat mengingat dengan jernih pengalaman ketika meninggal, di mana jiwanya terpisah dari tubuh, kemudian hidup lagi.

Para peneliti telah lama berusaha memahami apa yang terjadi pada pikiran setelah kematian.

Sebuah penelitian besar yang dipublikasikan pada September 2023 telah berusaha menemukan jawaban. Sebanyak 550 pasien rumah sakit di AS dan Inggris dilibatkan.

Kurang dari 10 persen dari pasien yang diteliti pulih, tetapi dari para penyintas ini, hanya 4 dari 10 mengingat beberapa tingkat kesadaran selama CPR.

Ini adalah studi besar pertama yang menunjukkan bahwa ingatan dan perubahan gelombang otak mungkin merupakan tanda-tanda elemen universal yang menyertai pengalaman manusia mencapai kematian.

Demikianlah sejumlah fakta kematian yang akan kita hadapi suatu saat nanti.

Baca juga: Kenali Virus Nipah yang Bisa Akibatkan Koma hingga Kematian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau