PAPUA, KOMPAS.com – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam keras tindakan kekerasan yang dialami oleh Dr. Yordan Sumomba, seorang dokter yang bertugas di RSUD Lukas Enembe, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan.
Insiden tersebut terjadi pada 5 November 2024, yang mengakibatkan Dr. Yordan mengalami luka serius.
Ketua Umum PB IDI, DR Dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT, menyatakan bahwa organisasi profesi tersebut telah berkoordinasi dengan IDI Cabang Jayawijaya untuk menangani kasus penganiayaan ini.
PB IDI juga meminta aparat kepolisian dan penegak hukum untuk memberikan tindakan tegas terhadap pelaku sesuai hukum yang berlaku.
“Kami ingin agar seluruh sejawat dokter dan tenaga kesehatan yang berada di Mamberamo Tengah, serta di seluruh wilayah Papua, mendapatkan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di wilayah tersebut,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (11/11/2024).
Ia juga mengapresiasi darma bakti para tenaga medis yang bertugas di Papua, terutama di wilayah Papua Pegunungan, dengan menyoroti peran IDI Cabang Jayawijaya yang anggotanya kini berjumlah 118 orang di tujuh kabupaten di wilayah tersebut.
Baca juga: Sumber Karbohidrat Program Makan Bergizi Bisa Beragam, Tak Harus Nasi
Berdasarkan laporan dari IDI Cabang Jayawijaya, insiden bermula pada Selasa, 5 November 2024, sekitar pukul 13.35 WIT.
Terduga pelaku yang memasuki ruang apotek RSUD Lukas Enembe, berteriak keras dan mempertanyakan pemberian obat.
"We kam Kasi sa obat paracetamol ka kalian tidak tau kah saya ini siapa? Saya ini Asisten 3," teriak pelaku.
Selanjutnya, pelaku masuk ke ruang dokter dan melemparkan kursi ke arah Dr. Yordan, namun tidak mengenai korban.
Pelaku kemudian mengambil balok kayu ukuran 5x5 dan memukulkannya ke muka dan punggung Dr. Yordan, menyebabkan luka serius.
Seorang pasien yang mencoba melerai juga dipukul oleh pelaku. Tak hanya itu, pelaku juga merusak pembatas ruangan dan melemparkan batu ke kaca jendela rumah sakit sebelum akhirnya melarikan diri.
Akibat serangan tersebut, Dr. Yordan menderita patah tulang di bagian pipi kanan, hidung, dan wajah, serta luka memar parah di punggung.
Mengingat kondisi luka yang cukup parah, Dr. Yordan kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo di Makassar untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Baca juga: Banyuwangi Bidik Zero Stunting 2030 Lewat Program Tanggap Stunting
PB IDI berharap insiden ini menjadi yang terakhir kalinya, dan tidak ada lagi kekerasan terhadap tenaga medis di wilayah Papua.
Dr. Adib menekankan pentingnya jaminan keamanan bagi dokter-dokter yang mengabdikan diri di daerah tersebut, yang memiliki tantangan geografis, sosial, dan ekonomi yang berat.
“Permasalahan di wilayah Papua bukan hanya geografis saja, tetapi juga terkait dengan masalah keamanan, kesenjangan ekonomi, dan kekurangan obat serta alat kesehatan. Ini memerlukan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak,” tambah dr. Adib.
Ia juga berharap agar Dr. Yordan mendapatkan pendampingan trauma healing setelah mengalami kekerasan tersebut.
Sementara itu, Ketua IDI Cabang Jayawijaya, Dr. Lorina, menyatakan bahwa Dr. Yordan adalah salah satu dokter kontrak yang dengan tulus ingin mengabdikan dirinya di wilayah Papua.
Dr. Lorina mengungkapkan, kekerasan terhadap tenaga medis di Papua, baik fisik maupun verbal, sudah sering terjadi dan semakin memburuk dari tahun ke tahun.
“Jumlah dokter umum dan spesialis yang mau bertugas di wilayah Papua dan Papua Pegunungan semakin sedikit karena konflik dan tidak adanya jaminan keamanan. Selain itu, insentif yang diterima tidak sebanding dengan tingginya biaya hidup di wilayah tersebut,” ujar Dr. Lorina.
Baca juga: Kecukupan Gizi Ibu Hamil: Kunci Utama Cegah Stunting sejak Dini
PB IDI juga mengapresiasi langkah cepat yang telah diambil oleh IDI Cabang Jayawijaya dalam menangani kasus ini.
Dr. Adib berharap pemerintah pusat dan daerah memberikan perhatian lebih terhadap masalah kekerasan terhadap tenaga medis di Papua, terutama mengingat bahwa pelaku dalam kejadian ini adalah seorang aparat pemerintah.
“Semoga kejadian ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah pusat dan daerah, apalagi pelaku kejadian ini adalah aparat pemerintah,” tutup dr. Adib.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa tenaga medis di daerah-daerah terpencil, seperti Papua, tidak hanya menghadapi tantangan geografis, tetapi juga ancaman terhadap keselamatan mereka.
PB IDI menuntut perlindungan lebih baik bagi para dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di wilayah tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.