Daffa bergabung sejak berusia 1,5 tahun dan di usianya sekarang, ia sudah bisa mengenal warna, berhitung, menyusun puzzle, dan makan dengan tertib.
Tak hanya Daffa, Hani mengaku ia juga belajar di Rumah Anak SIGAP. Terutama, karena Hani merasa zaman kini sudah berubah sehingga pola pengasuhan yang ia terima seharusnya tidak semuanya ia terapkan kepada sang anak.
“Salah satunya belajar meredam emosi. Kalau satu marah, yang satu ya jangan ikut marah,” kata Hani yang juga banyak belajar soal gizi anak di Rumah Anak SIGAP.
Baca juga: Risiko Stunting dan Gangguan Pertumbuhan pada Bayi Alergi Susu Sapi
Itis mengatakan, salah satu yang coba ia sampaikan kepada orangtua atau pendamping saat pertemuan di Rumah Anak SIGAP adalah mengubah pola asuh. Itis mencontohkan, dalam hal menentukan menu anak, misalnya, banyak orangtua yang memberikan makanan “seadanya” karena alasan biaya.
“Saya ajari, kalau untuk anak, berikan gizi yang bagus. Beli ayam, misalnya, enggak perlu satu kilogram kalau memang uangnya terbatas, beli lah seperempat kilo, yang penting untuk anaknya,” kata Itis.
Kegiatan di Rumah Anak SIGAP Bandarharjo memang tak hanya dititikberatkan pada pemberian stimulasi yang cukup bagi anak usia 0-3 tahun tetapi juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam mengasuh anak.
Itu sebabnya, banyak materi soal pengasuhan anak yang diberikan fasilitator dan para pakar di bidangnya. Misalnya, soal perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), 1000 hari pertama kehidupan (HPK), peran ayah dalam pengasuhan, dan materi lain.
Para fasilitator mendapat pelatihan atau coaching dari berbagai tokoh kompeten di bidangnya seperti dokter, bidan, psikolog, dan pihak Tanoto Foundation.
Baca juga: Bukan Hanya Masalah Gizi, Infeksi Berulang Juga Picu Stunting
Program Manager SIGAP Tanoto Foundation Irwan Gunawan mengatakan, saat ini, terdapat 29 Rumah Anak SIGAP yang tersebar di 5 provinsi, yaitu Jakarta, Banten, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan Riau.
"Tanoto Foundation ingin memastikan setiap anak Indonesia tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahapan usianya serta siap bersekolah," ujar Irwan dalam konferensi pers daring via zoom, Kamis (13/11/2024) lalu.
Selain anak-anak usia dini, para orangtua juga menjadi penerima manfaat melalui edukasi tentang pola pengasuhan yang baik. Targetnya adalah meningkatkan kualitas pola asuh anak usia dini.
Menurut Irwan, Tanoto Foundation memfokuskan strategi pada tiga aspek pengembangan dan pendidikan anak usia dini yang holistik dan integratif, yaitu:
1. Penurunan angka stunting.
2. Peningkatan kualitas pengasuhan anak usia dini.
3. Peningkatan akses ke layanan pendidikan anak usia dini yang berkualitas.
Berbeda dengan daerah lain, Rumah Anak SIGAP di Bandarharjo, Semarang bekerja sama dengan Rumah Pelita (Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta), milik Pemerintah Kota Semarang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Dr. dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp. PD. FINASM mengatakan, daycare Rumah Pelita merupakan layanan yang dapat digunakan secara gratis bagi balita stunting melalui perbaikan pengasuhan dan pemberian tambahan makanan dengan konsep tempat penitipan anak.
Rumah Pelita, ujar Hakam, adalah satu dari sekian banyak strategi Pemkot Semarang menangani stunting,
Menurut Itis, Rumah Anak SIGAP bekerja sama dengan Rumah Pelita. Apabila ada peserta didik yang terindikasi stunting atau gizi kurang baik, penanganannya diserahkan ke Rumah Pelita.
Sebaliknya, edukasi soal pengasuhan anak, yang juga terkait dengan pengurangan angka stunting, dilakukan oleh para fasilitator Rumah Anak SIGAP.
Kerja sama yang baik ini membuat kualitas anak-anak di Bandarharjo, wilayah pesisir yang sering terkena banjir, semakin meningkat. Paling tidak, meski hampir tiap hujan deras kebanjiran, anak-anak Bandarharjo lebih sehat, bahagia, dan berkembang sesuai usianya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.