Disarikan dari Mayo Clinic dan Healthline, penanganan dimulai dengan stabilisasi kondisi pasien. Langkah awal ini melibatkan pemberian oksigen untuk memastikan pasokan yang cukup ke otak, pengontrolan tekanan darah agar perdarahan tidak memburuk, dan pemberian cairan serta elektrolit melalui infus untuk menjaga stabilitas tubuh pasien.
Setelah kondisi pasien stabil, tindakan medis untuk menghentikan perdarahan harus segera dilakukan. Ada dua prosedur utama yang umum digunakan, yaitu operasi kliping dan endovaskular coiling.
Operasi kliping dilakukan dengan membuka tengkorak kepala untuk mencapai lokasi aneurisma, kemudian memasang klip kecil pada pangkal aneurisma untuk memutus aliran darah dan mencegah perdarahan lebih lanjut.
Sementara itu, endovaskular coiling adalah prosedur yang lebih minim invasif, di mana dokter memasukkan kateter melalui pembuluh darah besar di pangkal paha menuju otak.
Gulungan kecil berbahan logam (coil) dimasukkan ke dalam aneurisma untuk menghentikan aliran darah di dalamnya.
Setelah prosedur untuk menghentikan perdarahan selesai, pasien tetap memerlukan pemantauan intensif di rumah sakit karena risiko komplikasi yang masih bisa muncul.
Baca juga: 7 Penyebab Stroke Pendarahan Otak, Bisa Hipertensi sampai Aneurisma
Salah satu komplikasi umum adalah vasospasme, yaitu penyempitan pembuluh darah di otak yang dapat menghambat suplai darah ke jaringan otak.
Dokter biasanya memberikan obat-obatan untuk melebarkan pembuluh darah dan menjaga aliran darah tetap lancar.
Selain itu, pasien juga berisiko mengalami hidrosefalus, yaitu penumpukan cairan di dalam rongga otak. Jika terjadi, penanganan dilakukan dengan memasang saluran drainase untuk mengalirkan kelebihan cairan.
Risiko kejang juga sering terjadi setelah aneurisma pecah, sehingga obat anti-kejang mungkin diberikan sebagai langkah pencegahan.
Pasien yang selamat dari aneurisma pecah sering kali memerlukan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi tubuh yang terdampak.
Proses rehabilitasi mencakup terapi fisik untuk membantu memulihkan kemampuan gerak, terapi okupasi untuk melatih keterampilan sehari-hari, serta terapi bicara jika kemampuan berbicara atau menelan terganggu.
Lamanya rehabilitasi bergantung pada tingkat kerusakan otak dan respons pasien terhadap pengobatan.
Baca juga: 5 Penyebab Penglihatan Ganda, Mata Kering hingga Aneurisma Otak