Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/09/2013, 09:47 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com
-Manfaat ekstrak kayu putih sebagai penghangat tubuh sudah lama dikenal masyarakat. Ekstrak yang dikemas dalam bentuk minyak gosok ini, setia menemani usia anak maupun dewasa. Ketika badan terasa tidak enak, minyak kayu putih sering digunakan sebagai penghangat dan pengobatan sementara.

Namun fungsi ekstrak kayu putih ternyata tak hanya sebatas itu. Dengan pemanfaatan maksimal, ekstrak kayu putih bisa menjelma menjadi permen pelega tenggorokan. Permen ini memberi rasa hangat dan nyaman di tenggorokan. Rasa lega merupakan efek dari minyak atsiri yang disebut cajuput oil dalam tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi L).

“Minyak ini nerupakan hasil destilasi kulit kayu dan daun tanaman kayu putih. Minyak atsiri yang kami gunakan sebagai bahan permen merupakan minyak murni, beda dengan olahan yang sudah dikemas sebagai minyak gosok,” kata peneliti dari IPB dan penggagas ide permen kayu putih, Prof. Dr. Ir. C. Hanny Widjaja, M. Agr pada Rabu (18/9/2013).

Minyak atsiri kayu putih mengandung bahan aktif cajeputol yang terdapat dalam bentuk kristal fenolik. Komposisi kristal diperkirakan mencapai 10 persen dalam wujud berbagai senyawa, salah satunya 3,5-dimethyl-4,6-di-o-methyfloroacetophenone. Kandungan inilah yang kemudian digunakan sebagai ekspektoran.

Dalam satu permen, kata Hanny, kira-kira memiliki kandungan 1 persen cajuput oil. “Persen kandungan cajuput oil dalam permen tentu sudah melalui berbagai penelitian, yang dilakukan sejak 1997. Kandungan satu persen cajuput oil memberi hasil cukup efektif, dengan rasa yang bisa diterima tanpa menghapus manfaat yang bisa diperoleh,” kata Hanny.

Saat ini permen kayu putih sudah memiliki sertifikat paten granted dan siap dipasarkan. Hanny mengatakan, untuk sekarang permen kayu putih memang baru bisa diperoleh di lingkungan kampus IPB. Namun dengan kerja sama yang dijalin dengan pabrikan, dalam waktu dekat permen ini sudah bisa dinikmati masyarakat luas.

Efek permen kayu putih sebagai pelega tenggorokan tampaknya sudah tidak perlu lagi diragukan. Ditemui dalam kesempatan terpisah, Menteri Riset dan Teknologi RI, Gusti Muhammad Hatta menceritakan, dirinya kerap mengkonsumsi permen kayu putih sebagai pelega tenggorokan.

“Saya sering sekali makan permen kayu putih. Tidak tahu berapa tepatnya dalam sehari. Kalau merasa tidak enak langsung saya makan, efeknya memang sangat bagus,” ujarnya.

Kendati jelas memiliki efek ekspektoran, Hanny mengingatkan, permen kayu putih bukanlah obat. Permen kayu putih tetaplah sebuah makanan kecil, namun dengan nilai lebih dibandingkan selingan yang lain. Dengan kandungan zat fisiologi aktif di dalamnya, permen kayu putih bisa meningkatkan performa konsumennya menjadi lebih baik.

“Karena bukan obat, bebas saja mau mengkonsumsi berapapun. Namun harus diingat, jika memang sakit tetap harus pergi berobat. Karena permen kayu putih berfungsi sebatas pelega tenggorokan, bukan obat,” kata Hanny.

Menghapus image
Berkaca dari penelitian ini bisa dilihat betapa Indonesia sebetulnya kaya akan manfaat herbal. Berbagai herbal yang sudah akrab bahkan bisa memberi manfaat lebih, dengan inovasi dalam bentuk dan pengemasan. Sayangnya inovasi ini terbentur image yang sebelumnya sudah terbentuk di masyarakat.

“Tantangan di sini adalah, bagaimana menghapus image kayu putih sebagai minyak gosok. Karena tidak semua orang mau makan permen bila sebelumnya sudah terbayang minyak gosok,” kata Hanny.

Penghapusan image, menurut Henny, berhubungan erat dengan pemanfaatan maksimal minyak atsiri kayu putih. Bila image berhasil dibuka, manfaat kayu putih tidak lagi sekedar sebagai minyak gosok. Hanny mengatakan, pihaknya membuktikan minyak atsiri kayu putih berpotensi besar sebagai komponen anti mikroba. Dengan kandungan senyawa anti mikrobanya, minyak atsiri kayu putih bisa menjaga keseimbangan mikroflora sehingga berefek positif bagi kesehatan rongga mulut konsumennya.

Dengan riset ini maka bisa dikatakan, konsumen permen kayu putih memperoleh dua manfaat sekaligus. Yaitu, sebagai pelega tenggorokan dan menjaga kesehatan rongga mulut. “Di sinilah masyarakat dan dunia industri harus berpikiran terbuka dan menghargai riset. Jangan sampai bahan baku yang kita miliki harus diolah di luat negeri baru kemudian kita beli kembali, padahal kita punya teknologinya,” kata Henny.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com